Keberhasilan Ekonomi Era Jokowi
Konsultan manajemen dan warga Solo, Indrawan, juga merasa bingung dengan presiden yang akan selesai masa jabatannya pada 20 Oktober 2024. Indrawan berpandangan bahwa sosok Jokowi saat ini seperti bukan orang yang sama kala menjabat sebagai Walikota Solo yang dulu kerap dia temui.
Di samping masalah MK, Indrawan menyoroti masalah yang juga ditinggalkan Jokowi, yakni meningkatnya kasus korupsi.
Indonesia kini menjadi negara yang lebih korup dibandingkan saat Jokowi menjabat, berada di peringkat 115 dari 180 negara yang disurvei. Pada 2014, ketika Jokowi terpilih, Indonesia berada di peringkat 107 dari 175 negara menurut Transparency International.
Mereka termasuk mantan Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Edward Omar Sharif Hiariej, mantan Menteri Komunikasi dan Teknologi Informasi Johnny Gerard Plate, mantan Menteri Sosial Idrus Marham, mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo, dan mantan Menteri Sosial Juliari Batubara.
Ketika Jokowi bersiap untuk meninggalkan jabatannya, tampaknya beberapa orang yang paling terpengaruh oleh warisan rumitnya adalah masyarakat Solo, yang masih berjuang untuk mendamaikan kenyataan dari presiden yang akan berakhir dengan orang yang mereka pikir pernah mereka kenal.
"Saya sangat kecewa dengan beliau. Dan saya mengatakan itu sebagai seorang teman,” kata konsultan manajemen Indrawan.
Baca Juga
Terlepas dari hal tersebut, Jokowi tetap populer di seluruh Indonesia.
Direktur Eksekutif Verve Research, sebuah wadah pemikir independen yang berfokus pada keamanan Asia Tenggara, dan Senior Fellow di Asia Society Policy Institute Natalie Sambhi, mengatakan bahwa hal ini merupakan hasil dari elemen-elemen yang lebih sukses dari warisan-warisannya.
"Yang paling menonjol adalah upaya tak kenal lelahnya dalam pembangunan melalui peningkatan infrastruktur, investasi yang lebih besar, pengurangan birokrasi, dan penciptaan lapangan kerja," ujarnya.
Sebagaimana diketahui, pada 2023 ekonomi Indonesia berhasil bertahan di atas 5%, tepatnya di angka 5,05%.
"Namun kita tentu saja bisa memperdebatkan apakah cara-cara yang diambil Jokowi untuk mencapai tujuannya, yaitu legislasi yang kontroversial, pelemahan beberapa lembaga demokrasi dan mengangkat putranya sebagai calon wakil presiden, adalah benar atau adil,” pungkas Natalie.