Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Israel Gempur Kamp Pengungsi di Rafah, 37 Orang Tewas

Serangan ini tetap dilakukan meskipun Presiden AS Joe Biden meminta Israel agar tidak menyerang Rafah tanpa rencana evakuasi yang kredibel.
Tank Israel melaju di Jalur Gaza, Palestina pada Rabu (24/1/2024). - Bloomberg/Kobi Wolf
Tank Israel melaju di Jalur Gaza, Palestina pada Rabu (24/1/2024). - Bloomberg/Kobi Wolf

Bisnis.com, JAKARTA – Pasukan Israel menyerang kota Rafah, Gaza selatan, menewaskan 37 orang dan melukai puluhan lainnya.

Serangan ini tetap dilakukan meskipun Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan kepada Israel agar tidak menyerang Rafah tanpa rencana yang kredibel untuk melindungi warga sipil.

Melansir Reuters, Senin (12/2/2024), Israel menghujani Rafah dengan bom saat mayoritas warga sedang tertidur dan menyebabkan kepanikan yang meluas di wilayah ini. Beberapa orang khawatir Israel telah memulai serangan darat ke Rafah.

Pesawat, tank, dan kapal Israel ikut ambil bagian dalam serangan tersebut. Warga mengatakan dua masjid dan beberapa rumah turut dihantam Israel.

Pada Senin (12/2/2024), militer Israel mengatakan bahwa mereka telah melakukan "serangkaian serangan" di Gaza selatan yang sekarang telah "berakhir," tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Sebelum serangan-serangan sebelumnya ke kota-kota Gaza, militer Israel telah memerintahkan warga sipil untuk mengungsi. Namun, Israel tidak menyiapkan rencana evakuasi khusus.

Biden mengatakan kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada hari Minggu bahwa Israel seharusnya tidak meluncurkan operasi militer di Rafah tanpa rencana kredibel untuk memastikan keselamatan sekitar 1 juta orang yang berlindung di sana.

Badan-badan bantuan mengatakan bahwa serangan terhadap Rafah akan menjadi bencana besar. Rafah adalah tempat terakhir yang relatif aman di Gaza yang hancur akibat serangan militer Israel.

Biden dan Netanyahu berbicara selama sekitar 45 menit, beberapa hari setelah pemimpin AS tersebut mengatakan bahwa respons militer Israel di Jalur Gaza telah melampaui batas. Biden juga menyatakan keprihatinan yang mendalam atas meningkatnya jumlah korban jiwa di daerah Palestina tersebut.

Sementara itu, kantor PM Netanyahu mengatakan bahwa ia telah memerintahkan militer untuk mengembangkan rencana untuk mengevakuasi Rafah dan menghancurkan empat batalyon Hamas yang dikerahkan di sana.

Dalam wawancara yang disiarkan pada hari Minggu, Netanyahu mengatakan bahwa cukup banyak dari 132 sandera Israel yang masih ditahan di Gaza yang masih hidup. Ia menekankan hal ini menjadi justifikasi serangan Israel di wilayah tersebut.

Televisi Aqsa yang dikelola Hamas pada hari Minggu melaporkan bahwa pemimpin senior Hamas mengatakan setiap serangan darat Israel di Rafah akan merusak perundingan pertukaran sandera.

Mesir juga memperingatkan adanya konsekuensi yang mengerikan dari potensi serangan militer Israel di Rafah. Adapun Rafah terletak di dekat perbatasan dengan Mesir.

"Mesir menyerukan perlunya menyatukan semua upaya internasional dan regional untuk mencegah penargetan kota Rafah, Palestina," ungkap Kementerian Luar Negeri Mesir, dikutip Reuters, Senin (12/2).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper