Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tom Lembong Menjawab Keraguan Sujiwo Tejo soal Nasionalisme Dirinya

Tom Lembong membantah pernyataan Sujiwo Tejo bahwa masalah bahasa menjadi tolok ukur nasionalisme dan patriotisme seseorang pada Indonesia.
Thomas Lembong saat masih menjabat sebagai Kepala BKPM pada EuroCham Outlook Ekonomi dan Investasi Indonesia 2019, di Jakarta, Rabu (6/2/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan
Thomas Lembong saat masih menjabat sebagai Kepala BKPM pada EuroCham Outlook Ekonomi dan Investasi Indonesia 2019, di Jakarta, Rabu (6/2/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA – Sejak namanya dicatut oleh cawapres 02 Gibran Rakabuming Raka dalam debat keempat, Tom Lembong menjadi buah bibir di media massa hingga media sosial. Tak pelak budayawan Sujiwo Tejo pun angkat bicara.

Dalam sebuah acara televisi, sembari berkelakar Sujiwo Tejo bertanya mengenai nasionalisme seorang pemilik nama lengkap Thomas Trikasih Lembong itu. Menurutnya, dalam mengucapkan bahasa Indonesia saja sulit, karena lama tinggal di luar negeri.

“Mungkin ini pertanyaan lucu, mungkinkah saya akan memilih Amin [Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar] kalau tim sukses tidak lancar dalam bahasa Indoneisa? Mana nasionalismenya?” ujarnya di sebuah acara Q&A di Metro TV.

Kemudian Tom Lembong membalas bahwa tidak melihat hubungan antara nasionalime dan patriotism dalam sebuah bahasa. Dia pun menyitir kalimat dari Presiden I RI Soekarno untuk memperkuat pernyataan tersebut.

“Kalau boleh saya kutip Presiden Soekarno, beliau pernah mengatakan bahwa ‘nasionalisme itu tidak berkembang kecuali bertumbuh dalam taman sari internasionalisme’ begitu,” katanya.

Dia pun menjelaskan maksud kalimat tersebut. Menurutnya, seorang individu tidak mungkin hidup sendiri, karena ada keluarga, tetangga, hingga warga negara.

Hal tersebut, sambungnya, sama dengan sebuah negara tidak dapat hidup sendiri melainkan harus berdampingan dengan negara lain.

“Tidak ada negara bisa hidup sendiri, kita tidak hidup sendiri. Ada negara tetangga di Asia Tenggara, mitra dagang, investasi, suka berwisata ke tempat lain. Jadi bagi saya nasionalisme dan internasionalisme komponen esensial penting daripada patriotisme,” tuturnya.

Tom Lembong pun sempat berkisah bahwa masa kecilnya dihabiskan di Jerman. Pada usia 3-10 tahun dia tinggal di Jerman bersama orang tuanya. Kemudian dia kembali ke Tanah Air melanjutkan sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) di Indonesia, Sekolah Regina Pacis.

Selepas SMP, dirinya melanjutkan SMA di Amerika Serikat. Bekas Menteri Perdagangan dan Kepala BKPM periode pertama Presiden Joko Widodo itu, diterima di Harvard University dan lulus pada 1994.

Setelah lulus, dia berkarir di firma keuangan Morgan Stanley, yang berkantor di Singapura. Namun, badai krisis moneter membuat dirinya terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) pada 1998.  

Tom Lembong mengaku bahwa PHK tersebut menjadi titip balik dalam perjalanan hidupnya, karena sebelum itu dirinya merasa orang yang berkecukupan dan dimanjakan oleh orang tuanya.

 “Kegagalan yang menciptakan kerendahan hati lebih penting daripada keberhasilan yang menciptakan arogansi, ungkapan ini yang menjadi titik balik hidup saya.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hendri T. Asworo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper