Bisnis.com, JAKARTA - Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 03 Mahfud MD memberikan sindiran keras untuk Gibran Rakabuming Raka.
Sindiran tersebut dilayangkannya seusai debat cawapres pada Minggu (21/1/2024). Menurutnya, Gibran hanya melakukan gimik.
Hal ini terlihat saat Gibran memberikan pertanyaan yang dianggap Mahfud receh, sehingga tak memerlukan jawaban.
“Soal pertanyaan receh itu, bagian dari gimik aja, karena dia kan gimik sesuatu yang ditanyakan lalu dianggap bukan itu pertanyaannya, padahal pertanyaannya itu saya katakan, ini kok jawabannya receh banget,” katanya dalam konferensi pers usai pelaksanaan Debat Cawapres 2024 di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (21/1/2024).
Mahfud pun menampik dirinya enggan menjawab pertanyaan Gibran. Ia menilai jawaban darinya sudah cukup menjelaskan.
“Sehingga saya bilang ke moderator, sudah lah kembalikan ke moderator saja, ini enggak bisa dilanjutkan debat begini, karena masalahnya sudah dijawab. Lalu dibilang belum dijawab, kan itu hanya gimik saja,” jelasnya.
Baca Juga
Sindiran Mahfud MD pun tak sampai situ. Pada Senin (22/1) pagi WIB, Menkopolhukam tersebut mencuitkan kegagalan Food Estate yang dibanggakan oleh pasangan Prabowo-Gibran.
"Indonesia hebat seperti Kolam Susu. Lah, menanam jutaan hektar singkong untuk food estate yang tumbuh jagung. Menanam singkong, panen jagung. Ajaib. Itu terjadi di Gunung Mas. Eh ternyata jagungnya pun ditanam dengan goody bag sebab di tanah bergambut Gunung Mas tak mungkin tumbuh jagung," tulis Mahfud di akun media sosial X-nya.
Sebelumnya, Gibran Rakabuming Raka mengklaim bahwa program Food Estate yang ada di Kalimantan Tengah berhasil menumbuhkan singkong dan jagung.
"Nomor 1 dan 3 ini kan kompak bilang Food Estate gagal. Saya tegaskan sekali lagi ya pak, memang ada yang gagal, tapi ada yang berhasil juga yang sudah panen. Di Gunung Mas Kalteng itu sudah panen jagung, singkong. Cek saja datanya," kata Gibran saat debat.
Menurut Gibran, Food Estate adalah program jangka panjang yang tidak bisa ditetapkan keberhasilannya hanya berdasarkan hasil panen 1-2 kali.
"Panen pertama sampai ketiga pasti tidak pernah 100% ini yang petani pasti paham, baru nanti panen ke-6 sampai ke-8 baru akan kelihatan seperti apa hasilnya," jelasnya.