Dorong Revitalisasi BUMN, Ganjar Kritisi Peran BUMN dan Swasta

Ganjar-Mahfud bakal mendorong revitalisasi peran BUMN sebagai perusahaan pionir untuk sektor-sektor yang belum digarap sepenuhnya oleh pihak swasta
Pasangan capres dan cawapres Ganjar Pranowo-Mahfud MD menunjukkan nomor hasil undian pada Rapat Pleno Terbuka Pengundian dan Penetapan Nomor Urut Pasangan Capres dan Cawapres Pemilu Tahun 2024 di Gedung KPU, Jakarta, Selasa (14/11/2023). (ANTARA FOTO/Galih Pradipta/aa)
Pasangan capres dan cawapres Ganjar Pranowo-Mahfud MD menunjukkan nomor hasil undian pada Rapat Pleno Terbuka Pengundian dan Penetapan Nomor Urut Pasangan Capres dan Cawapres Pemilu Tahun 2024 di Gedung KPU, Jakarta, Selasa (14/11/2023). (ANTARA FOTO/Galih Pradipta/aa)

Bisnis.com, JAKARTA – Pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Ganjar-Mahfud bakal mendorong revitalisasi peran BUMN sebagai perusahaan pionir untuk sektor-sektor yang belum digarap sepenuhnya oleh pihak swasta dan butuh insentif dari pemerintah.

“BUMN itu masuk ketika yang lain belum siap masuk. Maka sebenarnya perannya sebagai pionir. Nanti kalau sudah, ini seperti stimulant saja. Kalau sudah kita lepas. Kan sebenarnya negara nggak mencari uang, tugasnya negara adalah memfasilitasi,”terang Ganjar. 

Ganjar menjelaskan, dalam konteks revitalisasi tersebut, BUMN hanya boleh memiliki anak usaha. Perusahaan-perusahaan plat merah tidak boleh memiliki cucu atau bahkan cicit usaha. Hal ini dilakukan agar adanya pemerataan kesempatan antara perusahaan milik negara dengan perusahaan swasta dalam mendapat ceruk bisnis. 

Ganjar bahkan menyebutkan bahwa perusahaan pelat merah berperan sebagai kepanjangan tangan pemerintah dalam menggarap berbagai proyek. Utamanya, bagi proyek-proyek yang butuh insentif dari pemerintah. 

Peran pemerintah melalui BUMN, lanjut dia, adalah membangun tata kelola yang baik, hingga menstimulasi agar proyek yang digarap bisa menggerakkan ekonomi. Sebagai langkah lanjutan, BUMN tidak memiliki cucu atau cicit perusahaan agar porsi perusahaan swasta bisa masuk.

"Jadi kita memang to govern, mengelola, memanage, menstimulasi agar itu tumbuh. Maka kemudian kalau tadi ditanyakan, rasanya penting BUMN boleh punya anak perusahaan tapi tak boleh punya cucu atau cicit," urai Ganjar.

Ganjar menambahkan, dirinya menangkap pesan yang disampaikan pelaku usaha soal monopoli. Kehadiran BUMN yang banyak akhirnya menyebabkan swasta tidak memiliki peran.

"Maka begitu bicara monopoli, saya coba memahami, ini kayaknya BUMN punya cucu, punya anak, punya cucu, punya cicit, cagak, gantung siwur kalau kata orang di Jawa itu, rame banyak, akhirnya swasta tidak punya peran," katanya.

Dia menegaskan, perusahaan swasta maupun pelat merah seyogyanya memiliki proporsi masing-masing. Pemerintah harusnya  memahami proporsi itu dan mengatur peran yang seimbang antara swasta dan BUMN.

"Bapak ibu percayalah, pemerintahan yang mempunyai integritas tinggi, yang memahami peran tadi itu, ada swasta, ada BUMN, ada koperasi, yang paham secara konstitusi dia akan mengerti proporsi yang mesti diberikan," tegas dia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Media Digital
Editor : Media Digital
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

# Hot Topic

Rekomendasi Kami

Foto

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper