Bisnis.com, JAKARTA - Pakar gestur dan mikroekspresi dari Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia Monica Kumalasari melihat calon presiden Prabowo Subianto menunjukkan emosinya dalam beragam cara saat debat ketiga Pemilihan Presiden yang berlangsung di Jakarta, Minggu (7/1) malam.
"Ketidakmampuan Prabowo menguasai emosi dalam bentuk menginterupsi dan berkacak pinggang menjadi perhatian hingga moderator perlu mengatur untuk menenangkan," kata Monica saat dihubungi ANTARA, Senin.
Pada sesi awal debat, calon presiden nomor urut 1 Anies Baswedan sempat menyebut kepemilikan lahan Prabowo hingga 340.000 hektar sementara banyak prajurit TNI tidak memiliki rumah dinas. Menurut Monica, dari situlah perseteruan sengit antara Prabowo dan Anies dimulai.
Menurut sang pakar, pernyataan Anies menggiring pada serangan secara pribadi. Dia juga menilai terlihat pola assumptive question atau pertanyaan asumsi, yakni mengasumsikan sebuah jawaban dibandingkan menanyakannya sehingga tidak membutuhkan jawaban.
Kemudian, imbuh dia, situasi saling serang Prabowo dan Anies dibawa hingga pada akhir debat, yaitu kedua capres tidak bersalaman.
"Suasana kebatinan yang dirasakan Prabowo, kecewa dengan narasi pasangan calon lain, sebagai ketidakpuasan juga terlihat dari ekspresi yang ditampilkan oleh TKN saat konferensi pers pasca debat," kata dia.
Baca Juga
Monica menilai pengendalian emosi yang ditunjukkan Prabowo pada debat ketiga masih sama dengan debat pertama.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI telah menetapkan tiga pasangan capres-cawapres peserta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2024 yakni Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dengan nomor urut 1, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka nomor urut 2, dan Ganjar Pranowo-Mahfud Md nomor urut 3.
Selepas debat pertama pada 12 Desember 2023 dan debat kedua pada 22 Desember 2023, KPU menggelar debat ketiga yang mempertemukan para capres.
Tema debat ketiga meliputi pertahanan, keamanan, hubungan internasional, globalisasi, geopolitik, dan politik luar ne