Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kaleidoskop 2023: Lebih 60 Hari Perang Israel-Hamas, Gaza Masih Memanas

Pertempuran antara Israel dengan Hamas di Gaza sudah berlangsung lebih dari 2 bulan, dan operasi darat militer Israel sedang memanas di wilayah Khan Younis.
Asap mengepul setelah serangan Israel di Gaza, terlihat dari Israel Selatan, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas, 20 November 2023. REUTERS/Alexander Ermochenko
Asap mengepul setelah serangan Israel di Gaza, terlihat dari Israel Selatan, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas, 20 November 2023. REUTERS/Alexander Ermochenko

Bisnis.com, JAKARTA - Pertempuran antara Israel dengan Hamas di Gaza sudah berlangsung lebih dari 2 bulan, dan operasi darat militer Israel sedang memanas di wilayah Khan Younis, setelah berakhirnya gencatan senjata.

Kepala Staf Umum Israel Herzi Halevi mengatakan bahwa Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah memulai operasi darat di Jalur Gaza.

“Setelah 60 hari perang, pasukan kami kini mengepung kawasan Khan Younis di Jalur Gaza bagian Selatan. Bersamaan dengan itu, kami terus mengokohkan prestasi kami di Jalur Gaza bagian utara,” katanya, dilansir TASS, Rabu (6/12/2023).

IDF sebelumnya memberi kesempatan bagi warga sipil untuk mengevakuasi diri dari Gaza Utara ke Gaza Selatan, dan kini melanjutkan pertempuran di Khan Younis setelah berakhirnya gencatan senjata di Gaza.

“Mereka yang berpikir bahwa IDF tidak akan tahu bagaimana melanjutkan pertempuran setelah gencatan senjata adalah salah. Banyak militan Hamas, termasuk para komandan senior, telah dihancurkan dalam beberapa hari terakhir,” lanjutnya.

Sejauh ini Kementerian Kesehatan Gaza mencatat setidaknya 17.700 warga Palestina telah tewas sejak eskalasi dimulai, pada 7 Oktober 2023.

Kementerian itu juga menyatakan berdasarkan catatan, terdapat 48.780 orang yang terluka akibat pengeboman Israel di Gaza.

Pihak berwenang Gaza juga sebelumnya melaporkan sekitar 60% bangunan tempat tinggal di Jalur Gaza hancur dan rusak, akibat serangan Israel, hingga 14 November 2023. Sekitar 42.000 rumah tinggal di Jalur Gaza, Palestina telah hancur dan 223.000 lainnya mengalami kerusakan.

Perang di Gaza 

Konflik Israel dengan Hamas kembali pecah sejak 7 Oktober 2023. Hamas menyebrang Israel Selatan dan membunuh 1.200 orang. Lebih dari 200 sandera dibawa kembali ke Gaza.

Israel membalas dengan memblokade total Jalur Gaza, mengebom rumah-rumah warga sipil, menutup bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza, bahkan membombardir rumah sakit.

Beberapa serangan Israel juga mengarah ke wilayah Lebanon dan Suriah, serta serangan juga dilaporkan terjadi di Tepi Barat. Israel mengklaim bahwa rumah sakit digunakan oleh Hamas sebagai pusat komando, namun hal itu dibantah oleh Hamas.

Halaman sekitar Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Gaza Utara terkena serangan rudal Israel. Direktur RSI di Gaza Atef Kahlout mengatakan rumah sakit itu hancur sebagai akibat dari pengeboman yang dilakukan Israel.

Selain itu, pasukan Israel juga mengepung rumah sakit Al-Shifa, mencegah ambulans memasuki atau meninggalkan fasilitas tersebut, pada Sabtu (11/11/2023).

Seorang koresponden mengatakan bahwa para penembak jitu dan artileri Israel disinyalir akan menargetkan siapapun yang berupaya bergerak ke luar rumah sakit. Militer Israel menutup gerbang depan rumah sakit terbesar di Gaza itu.

“Mereka menyerang dan menghancurkan gerbang depan kompleks medis utama di Jalur Gaza karena pasien dan ribuan warga Palestina masih berada di halaman rumah sakit ini,” katanya, dilansir Aljazeera, Minggu (12/11/2023).

Gencatan Senjata

Gencatan senjata di Gaza dimulai dengan pembicaraan yang dimediasi oleh Qatar dan Mesir, serta Amerika Serikat (AS) untuk menentukan titik temu antara Hamas dengan Israel.

Kesepakatan yang telah dicapai, membuat kedua belah pihak, yakni Hamas dan Israel harus mematuhi implementasi perjanjian gencatan senjata yang dimulai sejak Jumat (24/11/2023).

Melansir TASS, Hamas telah mengumumkan kesepakatan dengan Israel untuk melakukan gencatan senjata selama 4 hari di Jalur Gaza.

“Setelah berhari-hari perundingan yang alot, kami mengumumkan bahwa kami mencapai kesepakatan mengenai gencatan senjata kemanusiaan selama 4 hari berkat upaya berkelanjutan dan terampil dari Qatar dan Mesir,” kata pihak Hamas.

Selain itu, sebagai bagian dari gencatan senjata semua lalu lintas udara juga akan dihentikan sepenuhnya di bagian Selatan dan Utara Gaza, yang akan dihentikan setiap hari antara pukul 10.00 hingga 16.00 waktu setempat.

Tercapainya gencatan senjata membuat ratusan truk yang membawa bantuan kemanusiaan, darurat dan medis, serta bahan bakar akan diizinkan memasuki Jalur Gaza, tanpa kecuali, di utara dan selatan.

Tentunya gencatan senjata bisa dicapai dengan adanya syarat yang harus dipenuhi antara kedua pihak. Hamas menjanjikan akan membebaskan 50 sandera di Gaza yang merupakan warga Israel hingga Warga Negara Asing (WNA) sebagai imbalan atas pembebasan 150 tahanan dari penjara Israel.

Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Israel akan menghentikan permusuhan selama 1 hari untuk membebaskan 10 sandera. Kini lebih dari 200 orang masih ditahan oleh militan Hamas.

Kementerian Kehakiman Israel menerbitkan daftar 300 tahanan Palestina yang dapat dibebaskan berdasarkan kesepakatan tersebut, pada Rabu (22/11/2023).

Netanyahu menekankan bahwa Israel memprioritaskan pemulangan seluruh sandera sesuai dengan rencana yang telah disetujui, namun tidak berarti bahwa Hamas di Jalur Gaza akan diberikan kebebasan total. 

Kemudian, gencatan senjata antara Israel dan Hamas telah diperpanjang hingga hari ke-7, kedua belah pihak mengumumkan hanya beberapa menit sebelum perjanjian tersebut berakhir.

Militer Israel mengatakan bahwa gencatan senjata pertempuran di Jalur Gaza akan terus berlanjut mengingat upaya para mediator untuk melanjutkan proses pembebasan sandera, dan tunduk pada ketentuan perjanjian, pada Kamis (30/11/2023).

Adapun dalam pernyataan terpisah, Hamas mengatakan kesepakatan telah dicapai untuk memperpanjang gencatan senjata sementara.

Qatar yang menjadi penengah antara kedua belah pihak, mengatakan perjanjian itu diperpanjang dengan ketentuan yang sama seperti sebelumnya, di mana Hamas membebaskan 10 sandera Israel setiap hari dengan imbalan 30 tahanan Palestina.

Perundingan antara kedua belah pihak tampaknya semakin sengit karena sebagian besar perempuan dan anak-anak yang ditahan oleh Hamas telah dibebaskan.

Kini, setelah gencatan senjata berakhir, pertempuran kembali memanas di Gaza dengan pengeboman Israel secara intens ke wilayah Khan Younis.

Sementara itu, nasib Gaza kini berada di tangan para pemimpin dunia. Sidang Majelis Umum PBB di New York kemudian membahas situasi memprihatinkan yang terjadi di Gaza.

DK PBB Gagal

Resolusi gencatan senjata untuk Gaza gagal diadopsi oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB).

Wakil Tetap Amerika Serikat (AS) untuk PBB Robert Wood secara lantang menyatakan negaranya memveto seruan gencatan senjata di Gaza.

Adapun dengan keputusan AS tersebut, maka DK PBB gagal mengadopsi resolusi gencatan senjata di Gaza.

Dia berbicara mewakili negaranya mengatakan bahwa gencatan senjata di Gaza akan menciptakan kondisi pecahnya perang lagi.

“Meskipun Amerika Serikat sangat mendukung perdamaian yang langgeng, di mana baik Israel dan Palestina dapat hidup dalam damai dan aman, kami tidak mendukung seruan untuk segera melakukan gencatan senjata," ujarnya di PBB, Jumat (8/12/2023).

Menurutnya, gencatan senjata hanya akan menjadi benih bagi perang berikutnya, karena Hamas tidak mempunyai keinginan melihat perdamaian yang langgeng, untuk melihat solusi dua negara. Dia juga mengatakan AS melakukan segala upaya untuk membebaskan sandera yang tersisa.

Keputusan AS tersebut mendapat kecaman dari berbagai negara, tidak terkecuali Indonesia. Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi menyatakan sangat menyesalkan gagalnya diadopsi resolusi gencatan senjata untuk Gaza di PBB.

Dia mengatakan resolusi gencatan senjata di Gaza tersebut telah didukung oleh 102 negara termasuk Indonesia.

"Saya sangat menyesalkan kegagalan Dewan Keamanan dalam mengadopsi gencatan senjata kemanusiaan di Gaza meskipun lebih dari 102 negara, termasuk Indonesia, ikut mensponsori resolusi tersebut," katanya, di platform X, pada Sabtu (9/12/2023).

Menlu RI menyampaikan bahwa Indonesia sangat kecewa karena Dewan Keamanan PBB gagal mengadopsi resolusi tersebut.

"Upaya harus terus dilakukan guna memperbaiki situasi Gaza. Kita tidak boleh menyerah. Never give up," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Erta Darwati
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper