Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mengukur Kekuatan Indonesia dan Korea Selatan dalam Konflik Israel-Palestina

Indonesia dan Korea Selatan memiliki cara yang berbeda dalam merespon konflik antara Israel dengan Palestina.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mendesak Dewan Keamanan (DK) PBB untuk melakukan tiga hal agar Israel tidak lagi menyerang Gaza, Palestina pasca-gencajatan senjata./Istimewa
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mendesak Dewan Keamanan (DK) PBB untuk melakukan tiga hal agar Israel tidak lagi menyerang Gaza, Palestina pasca-gencajatan senjata./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia dan Korea Selatan memiliki cara yang berbeda dalam merespon konflik antara Israel dengan Palestina.

Pemerintah Indonesia sejauh ini cenderung vokal dalam menyerukan pembelaan atas Palestina. Bahkan Presiden Indonesia Joko Widodo sempat membawa permasalahan ini ke Presiden Amerika Serikat Joe Biden. Sekalipun mendapatkan tanggapan yang dingin.

Akademisi Universitas Airlangga Radityo Dharmaputra menjelaskan Pemerintah Indonesia dengan cara diplomasinya sedang menegaskan posisi sebagai negara dengan kekuatan menengah alias middle power nation.

Menurutnya salah satu tabiat dari negara berkekuatan menengah adalah melakukan mediasi atau advokasi terhadap sebuah konflik antara negara lain.

“Satu hal yang penting adalah negara berkekuatan menengah melakukan pendekatan dalam forum-forum [untuk mendorong gagasan tertentu] karena kita tidak memiliki kekuatan untuk memvonis tindakan Israel,” ungkapnya dalam lokakarya Foreign Policy Community of Indonesia yang bekerja sama dengan Korea Foundation, Jumat (8/12/2023).

Radityo menambahkan negara-negara dengan kekuatan besar seperti Amerika Serikat, China, dan Rusia bisa melakukan kehendak politisnya tanpa memperhitungkan efek multilateral ke negara lain. Sementara itu, Indonesia memerlukan persetujuan dari negara-negara kecil atau setara untuk menggalang suara.

“Negara-negara kecil lain tidak melihat kita sebagai sebuah ancaman seperti Amerika Serikat, China, dan Rusia. Tetapi bukan berarti Indonesia tidak bisa [menjadikan mereka aliansi] karena kita memiliki sumber daya yang ditawarkan untuk kerja sama,” imbuhnya.

Indonesia, lanjutnya, selain menarik investasi dari negara-negara adi kuasa, juga telah melakukan beberapa investasi ke negara-negara kepulauan di Asia Pasifik untuk menarik simpati.

Dengan demikian, posisi Indonesia sebagai negara middle power dapat terjaga di antara negara sejenis seperti Korea Selatan dan Meksiko.

Di sisi lain, Asisten Professor Universitas Copenhagen Jin Sangpil mengakui bila Korea Selatan memiliki pendekatan yang berbeda dalam merespon konflik Israel dan Palestina. Pasalnya, Negeri Ginseng itu merupakan sekutu dari Amerika Serikat.

“Korea Selatan adalah sekutu bagi Amerika Serikat sehingga mereka tidak terlalu vokal dalam isu seperti ini. Tapi di sisi lain, Korea Selatan memiliki ketergantungan minyak dan gas dari negara Timur Tengah,” ungkapnya.

Oleh sebab itu, menurutnya diam adalah emas untuk saat ini sebab itu adalah cara terbaik. Sangpil mengatakan bila terlalu tendensius terhadap satu pihak, posisi Korea Selatan sebagai negara middle power bisa tercedarai.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper