Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri kerap menyinggung potret praktik demokrasi belakangan yang dinilai mirip seperti saat Orde Baru.
Megawati, dalam beberapa momen kerap menyinggung pemegang kekuasaan yang turut 'bermain' dalam kontenstasi politik lima tahunan, Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Rentetan sentilan Megawati dimulai saat menanggapi adanya permainan para penguasa proses konstitusi terkait dengan penetapan batas umur calon presiden dan wakil presiden.
Menurutnya, apa yang dilakukan Mahkamah Konstitusi telah mencederai proses demokrasi di Tanah Air. Pasalnya, demokrasi Indonesia telah terbelenggu selama 30 tahun pada pemerintah Orde Baru yang otoriter.
Dia menambahkan, untuk melahirkan proses demokrasi yang bebas, tidak sedikit pengorbanan keringat hingga pertumpahan darah melalui gerakan reformasi.
"Praktik kekuasaan otoriter itu yang telah kita koreksi, melalui reformasi janganlah lupa demokratisasi melalui pelaksanaan pemilu presiden secara langsung dan terbatas dan UU pemerintah yang bebas dari KKN," kata Megawati dalam pidatonya pada Minggu (12/11/2023).
Baca Juga
Tidak hanya itu, dalam pidatonya itu, Megawati juga menyinggung adanya kecurangan Pemilu. Dia menuturkan penyelenggaran Pemilu 2024 diwarnai dengan intimidasi dari sejumlah pihak.
"Rakyat jangan diintimidasi seperti dulu lagi, jangan biarkan kecurangan pemilu yang akhir ini terlihat sudah mulai akan terjadi lagi, gunakan hak pilihmu dengan tuntunan nurani," ujar Megawati.
Tak cukup sampai di situ, kritikan pedas Megawati terhadap para penguasa kembali dilontarkan dalam kesempatan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Relawan Ganjar-Mahfud di JI-Expo Kemayoran pada Senin (27/11/2023).
Dia kembali menilai, pemegang kekuasaan saat ini, telah bertindak layaknya saat Orde Baru.
"Republik ini penuh dengan pengorbanan, tahu tidak? Kenapa sekarang kalian yang baru berkuasa itu mau bertindak seperti zaman Orde Baru?" ucap Megawati.
Pada kesempatan itu Megawati juga menyinggung adanya pihak yang haus dengan kekuasaan. Penguasa, lanjutnya, bahkan disebut telah melenceng dari cita-cita pendiri negeri.
Presiden ke-5 RI itu dengan keras menyatakan tidak segan untuk menantang pihak-pihak yang disebut haus kekuasaan itu.
"Kelompok-kelompok mau melakukan kekuatan-kekuatan kekerasan kepada rakyat Indonesia, terus terang lho, hadapi saya, hadapi saya, hadapi saya," jelas Megawati.
Ucapan Megawati terkait dengan adanya penguasa yang haus jabatan tersebut didasari oleh adanya keinginan untuk menabrak aturan pembatasan jabatan dua periode.
Sekali lagi, dia menyinggung praktik tersebut sama seperti yang dilakukan sebelum Reformasi 1998.
"Dulu, Reformasi itu apa sih? Kan mengubah, mengubah jabatan seorang pemimpin supaya ada batas waktu. Ya sudah, itu bagian dari amandemen dan itu bagian yang diputuskan. Ya sudah lah, aturan itu mbok diikuti, jangan dilanggar-langgar," ujar Megawati.
Kendati tidak mengacu pada nama tertentu, tetapi ucapan Megawati tersebut jelas mengarah kepada seseorang.
"Sudah berhenti deh bapak-bapak yang saya sindiri ini, insaf," katanya.