Keamanan Mesir berada di luar jangkauannya, namun bagi Anas perpisahan dengan keluarganya telah berakhir.
Sbeta mengatakan bahwa Anas dirawat di RS Al Shifa ketika perang pecah pada 7 Oktober 2023. Seperti ratusan ribu orang lainnya di Jalur Gaza Utara, Sbeta dan seluruh keluarga meninggalkan rumah mereka ke Gaza Selatan, sementara Anas tetap tinggal di Al Shifa, dan kemudian rumah sakit secara bertahap kehabisan listrik, air, makanan dan obat-obatan.
“Mereka memanggil kami dari Al Shifa untuk datang dan mengambil bayi itu tetapi sulit bagi kami untuk kembali. Jalur keluar Kota Gaza terbuka, namun jalan pulang ditutup,” katanya.
Penderitaan akibat perpisahan ini memburuk ketika pasukan Israel memasuki Al Shifa pada pekan lalu, yang menurut Israel telah digunakan oleh Hamas sebagai markas operasinya.
"Kami benar-benar kehilangan berita apapun tentang bayi kami. Kami tidak dapat mengetahui apapun tentang dia. Apakah dia masih hidup? Apakah dia sudah meninggal? Apakah ada yang memberinya susu?" kata Sbeta.
Komunikasi yang sulit di penampungan di Khan Younis membuat para orang tua kesulitan mendapatkan informasi yang pasti, hingga akhirnya pengungsi lain yang tinggal di sekolah tersebut memberitahu mendengar kabar bayi-bayi tersebut dipindahkan ke Selatan.
Baca Juga
Ketika cukup sehat untuk meninggalkan rumah sakit, orang tua Anas membawanya ke sekolah di Khan Younis, tempat perlindungan mereka pada masa perang, untuk memulai hidup baru bersama saudara laki-laki dan perempuannya, pada Selasa (21/11/2023).