Bisnis.com, JAKARTA - Seorang ibu muda, Warda Sbeta bisa memeluk putranya kembali yang masih bayi, Anas, setelah kehilangan bayinya selama 45 hari.
Awalnya Sbeta tidak dapat menemukan putranya yang baru lahir, Anas, di antara 31 bayi yang baru saja tiba di Gaza bagian Selatan.
Bayi-bayi tersebut baru saja dievakuasi dari RS Al-Shifa di Gaza yang hancur dan terkepung oleh militer Israel.
“Saya kehilangan harapan untuk melihat bayi saya hidup,” kata Warda Sbeta, dilansir Reuters, Selasa (21/11/2023).
Dia dan suaminya terkejut saat memeriksa daftar nama yang diberikan oleh kepala unit neonatal tempat bayi tersebut dirawat, di sebuah rumah sakit di Rafah, dan di sanalah tertulis nama Anas berwarna hitam putih.
“Saya merasa hidup kembali, bersyukur kepada Tuhan bahwa kami sekarang memiliki bayi kami dengan selamat dalam perawatan kami,” kata Sbeta, berbicara di rumah sakit sambil menjaga putranya yang sedang tidur, yang dia kenakan dalam pakaian tidur biru muda dan topi serasi.
Baca Juga
Sbeta tersenyum sambil menggendong bayinya dan suaminya membantunya membungkusnya dengan selimut lampin putih dengan pita merah muda. Bayinya dibundel, dan digendongnya di dadanya.
Sbeta (32) memiliki 7 anak, yang rumahnya berada di Kota Gaza sebelum perang. Namun kini dia tinggal di sebuah sekolah di Khan Younis, Gaza Aelatan, yang telah menjadi tempat penampungan bagi ratusan orang yang mengungsi dari Gaza Utara.
Sbeta ditawari pilihan untuk dievakuasi ke Mesir bersama Anas agar dia dapat menerima perawatan medis lebih lanjut, namun dia tidak ingin meninggalkan suami dan anak-anaknya yang lain.
“Saya tidak bisa meninggalkan mereka hanya dengan ayahnya. Dia tidak akan mampu menjaga mereka. Jadi saya terpaksa menolak tawaran ini,” ujarnya.
Anas adalah 1 dari 3 bayi, dari total 31 bayi prematur yang diselamatkan dari RS Al Shifa. Menurut dokter di rumah sakit Rafah, dari 2 bayi lainnya yang diselamatkan, 1 bayi tidak teridentifikasi. Mereka tidak memberikan informasi mengenai bayi ketiga.
Ketika dokter di Al Shifa pertama kali memberikan peringatan 9 hari lalu tentang bayi prematur yang mereka rawat, 39 bayi masih hidup, namun 8 telah meninggal dunia karena kondisi yang mengerikan sebelum evakuasi ke Rafah dan Mesir dapat dilakukan.
Seorang pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa 2 dari 8 bayi tersebut meninggal dunia pada malam sebelum dievakuasi.
Adapun dari 31 bayi yang diangkut ke Rafah pada Minggu (19/11/2023), 28 bayi dievakuasi ke Mesir pada Senin (20/11/2023).
Juru Bicara UNICEF James Elder mengatakan bahwa 20 dari mereka tidak didampingi dan 8 bayi bersama ibu mereka. Ada 7 ibu karena terdapat bayi kembar.
Elder mengatakan sebagian dari 20 bayi yang tidak didampingi tersebut adalah anak yatim piatu, sementara sebagian lainnya tidak memiliki informasi mengenai keluarga mereka.
“Ini semua menggarisbawahi situasi mengerikan yang dialami keluarga-keluarga di Gaza,” katanya.