Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) melempar pantun jenaka 'pinjam dulu seratus' yang viral di media sosial saat bertemu 100 Chief Executive Officer (CEO) di Ibu Kota Nusantara (IKN).
Orang nomor satu di Indonesia itu awalnya membuka pertemuan dengan menyebut bahwa siapa pun yang datang ke IKN selalu disuguhi pantun.
Alhasil, tak ingin kalah lantaran belum pernah berpantun saat datang ke IKN, Kalimantan Timur maka Jokowi memutuskan ingin ikut berpartisipasi.
“Ikan lohan, ikan gabus. Direndam dulu baru direbus, supaya pembangunan maju terus, Pinjam dulu seratus,” ujarnya yang turut diberi tawa dan tepuk tangan oleh hadirin di kawasan IKN, Penajam Paser Utara, Rabu (2/11/2023).
Lebih lanjut, orang nomor satu di Indonesia itu pun menjelaskan bahwa maksud dari ‘pinjam dulu seratus’ merujuk kepada 100 orang CEO dalam forum hari ini, sebab pernyataannya tidak berkaitan dengan uang.
"Bukan uang. Dikit-dikit uang, dikit-dikit duit. Ya, [meskipun] memang bener juga duit itu perlu untuk membangun negara ini," pungkas Jokowi.
Baca Juga
Mantan Wali Kota Solo itu pun meminta agar tak ada lagi kekhawatiran bahwa pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) pasca pergantian pemimpin Indonesia selanjutnya membuat proyek Akbar itu akan berakhir.
Orang nomor satu di Indonesia itu mengatakan bahwa hingga saat ini masih banyak pihak yang khawatir bahwa selepas pemilihan umum (2024) terjadi, maka pembangunan IKN tak akan berlanjut. Padahal, dia meyakini bahwa potensi itu minim sekali terjadi.
"Jadi kalau masih ada khawatir, khawatir apa? Undang-undangnya sudah ada. Undang-undangnya didukung 93 persen fraksi partai-partai di DPR. Apalagi? Takut apalagi? Takut pemilu?" katanya.
Kepala Negara pun melihat bahwa merupakan hal lumrah apabila tensi politik saat ini memanas jelang pemilu 2024. Namun, dia mengingatkan agar tensi yang memanas ini tidak makin dikompori, khususnya oleh para pengusaha.
Apalagi, Mantan Gubernur DKI Jakarta itu meyakini bahwa Indonesia sudah makin dewasa dalam berdemokrasi sehingga perbedaan pilihan adalah hal yang wajar dan sudah biasa terjadi setiap 5 tahun sekali pesta demokrasi berlangsung.
"Ya kalau pemilu anget-anget dikit, agak panas kan enggak apa-apa. Yang paling penting bapak ibu jangan beli kipas, ngipasin. Ibu-ibu beli kompor, manas-manasin. Beda pilihan biasa, gitu. Yang milih semuanya rakyat. Bapak seganteng apa pun kalau rakyat enggak seneng bagaimana? Bapak senengnya yang ndeso-ndeso kayak saya gini? Ini pilihan rakyat. Dan persaingan dalam kompetisi pemilu biasa-biasa saja," pungkas Jokowi.