Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Luar Negeri Korea Utara mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) berkomplot dengan Israel atas kejahatan di Jalur Gaza.
Kementerian itu mengecam serangan Israel terhadap lembaga kesehatan masyarakat, sebagai kejahatan perang yang melanggar hukum internasional.
“Yang tidak boleh diabaikan adalah bahwa tindakan kriminal Israel dilakukan secara terbuka di bawah perlindungan AS yang tidak bertanggung jawab,” katanya, dilansir TASS, Kamis (26/10/2023).
Kementerian tersebut mengingatkan bahwa AS memasok Israel dengan amunisi dalam jumlah besar dan mengirimkan dua kelompok penyerang ke perairan Timur Tengah, sehingga memberi Israel lampu hijau untuk membantai warga Palestina tanpa rasa khawatir.
Setelah serangan tersebut, AS membuat pernyataan yang tidak masuk akal, bahwa insiden tersebut juga dilakukan oleh kekuatan lain selain Israel.
“Ini menunjukkan bahwa AS adalah kaki tangan yang berkomplot dan mendorong genosida Israel,” ujarnya.
Baca Juga
Menurut kementerian itu, veto AS terhadap resolusi DK PBB mengenai akses kemanusiaan ke Jalur Gaza hanya karena alasan hak untuk membela diri Israel dan menunjukkan AS tidak peduli dengan hal tersebut.
“AS, perusak perdamaian global dan pencekik keadilan, tidak akan pernah bisa lepas dari kesalahan karena telah berkomplot dan mendorong kejahatan perang Israel yang kejam yang membunuh warga Palestina dengan kejam,” katanya.
Seperti diketahui, ketegangan berkobar di Timur Tengah setelah militan Hamas dari Jalur Gaza menyerang wilayah Israel.
Hamas memandang serangannya sebagai respons atas langkah otoritas Israel terhadap Masjid Al-Aqsa di Temple Mount Yerusalem.
Israel mendeklarasikan blokade total terhadap Jalur Gaza dan melancarkan pemboman terhadap wilayah tersebut dan beberapa wilayah di Lebanon dan Suriah. Bentrokan juga dilaporkan terjadi di Tepi Barat.
Rumah Sakit Al-Ahly di Kota Gaza dihantam pada 17 Oktober lalu. Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, ledakan tersebut menewaskan 471 orang dan sebanyak 342 orang luka-luka.
Pihak Palestina menyalahkan Israel, sedangkan Israel mengatakan bahwa ledakan tersebut disebabkan oleh kegagalan peluncuran roket yang dilakukan oleh kelompok Jihad Islam.