Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS, Jepang, dan Korsel Mengutuk Penyediaan Senjata dari Korea Utara ke Rusia

AS, Jepang, dan Korea Selatan mengutuk penyediaan senjata dari Korea Utara ke Rusia.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengunjungi pameran peralatan bersenjata dalam rangka peringatan 70 Perang Korea dalam foto yang dirilis oleh Korean Central News Agency Korea Utara pada 27 Juli 2023./ KCNA via REUTERS
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengunjungi pameran peralatan bersenjata dalam rangka peringatan 70 Perang Korea dalam foto yang dirilis oleh Korean Central News Agency Korea Utara pada 27 Juli 2023./ KCNA via REUTERS

Bisnis.com, JAKARTA - Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan mengeluarkan pernyataan bersama pada tanggal 25 Oktober yang mengecam penyediaan senjata oleh Korea Utara kepada Rusia untuk perangnya di Ukraina.

“Pengiriman senjata semacam itu, yang beberapa di antaranya kini kami konfirmasi telah selesai, akan secara signifikan meningkatkan jumlah korban jiwa dalam perang agresi Rusia,” bunyi pernyataan itu.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, Menteri Luar Negeri Jepang Kamikawa Yoko, dan Menteri Luar Negeri Korea Selatan Park Jin.

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby mengatakan pada 13 Oktober bahwa Rusia telah menerima pengiriman senjata dan amunisi Korea Utara setelah pertemuan antara diktator Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un pada bulan September.

Moskow membantah menandatangani perjanjian dengan Pyongyang, namun citra satelit pada awal Oktober mengkonfirmasi adanya peningkatan lalu lintas kereta api di perbatasan Korea Utara-Rusia. Pada saat yang sama, media melaporkan bahwa pengiriman senjata telah dimulai.

AS percaya bahwa sebagai imbalan atas senjata dan peralatan militer, Korea Utara berharap dapat memperoleh teknologi canggih Rusia untuk program nuklirnya sendiri.

Pernyataan tanggal 25 Oktober tersebut mengatakan bahwa kesepakatan semacam itu “akan melanggar beberapa resolusi Dewan Keamanan PBB.”

Rusia melakukan uji coba serangan nuklir balasan skala besar pada 25 Oktober, menurut laporan Kremlin. Dugaan uji coba tersebut bertepatan dengan penarikan Rusia dari perjanjian larangan uji coba nuklir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rendi Mahendra
Editor : Rendi Mahendra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper