Bisnis.com, JAKARTA - Israel dikabarkan menyetujui permintaan Amerika Serikat (AS) untuk menunda invasi ke jalur Gaza, Palestina.
Menurut laporan Jurnal Wall Street, Rabu (25/10/2023), penundaan tersebut memungkinkan militer AS untuk mempercepat sistem pertahanan rudal di kawasan, termasuk bagi pasukan AS yang bertugas di Irak, Suriah, Kuwait, Yordania, Arab Saudi, dan UEA, untuk melindungi mereka dari rudal dan roket.
Penundaan ini diperkirakan akan berlangsung hingga minggu depan, namun invasi tampaknya masih tak terelakkan.
Sejauh ini di Irak dan Suriah, setidaknya telah terjadi 13 serangan serupa, menggunakan drone dan rudal, yang mengakibatkan kematian satu kontraktor Amerika, dan melukai 29 tentara di Suriah dan 10 tentara di Irak.
Sementara itu, mantan Presiden AS Barack Obama mengatakan tindakan Israel ke Gaza dapat menjadi bumerang.
Dia menyatakan bahwa tindakan Israel dalam perang melawan Hamas, seperti membatasi makanan dan air untuk Gaza, dapat memperkeras sikap Palestina selama beberapa generasi dan melemahkan dukungan internasional terhadap Israel.
Baca Juga
Obama mengatakan setiap strategi militer Israel yang mengabaikan korban jiwa akibat perang dengan Hamas, pada akhirnya bisa menjadi bumerang untuk negaranya.
“Keputusan pemerintah Israel untuk memutus pasokan makanan, air dan listrik bagi penduduk sipil yang ditawan [di Gaza] tidak hanya mengancam akan memperburuk krisis kemanusiaan yang sedang berkembang, hal ini juga dapat semakin memperkeras sikap warga Palestina selama beberapa generasi, mengikis dukungan global terhadap Israel, dan berperan dalam krisis kemanusiaan yang semakin parah, dan melemahkan upaya jangka panjang untuk mencapai perdamaian dan stabilitas di kawasan,” katanya.
Israel telah membombardir Gaza dengan serangan udara sejak serangan Hamas pada 7 Oktober lalu terhadap Israel. Melansir CNA, para pejabat Gaza mengatakan bahwa serangan udara Israel telah menewaskan lebih dari 5.000 warga Palestina.