Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hati-hati, Ajak Orang Golput Bisa Dipenjara 3 Tahun

Mengajak orang untuk golput dalam Pemilu bisa dikenai sanksi pidana 3 tahun.
Ilustrasi kotak suara
Ilustrasi kotak suara

Bisnis.com, SOLO - Pemilu 2024 sudah semakin dekat, di mana pemungutan suara dijadwalkan berlangsung pada Februari 2024.

Setidaknya kini, Indonesia memiliki 3 pasangan capres-cawapres yang siap maju untuk mengikuti pemilihan presiden (pilpres).

Masyarakat Indonesia pun diharapkan menggunakan hak suaranya dengan baik, dan menghindari golput. Hal ini untuk menghindari beberapa hal seperti memberikan kesempatan pada partai penguasa.

Di tahun politik ini juga, masyarakat diminta untuk berhati-hati dan jangan sampai melakukan tindakan yang melanggar hukum.

Salah satu yang dikhawatirkan adalah mengajak orang lain atau menyuarakan golput. Ternyata ajakan ini bisa menyebabkan adanya sanksi penjara bagi pelakunya.

Menurut Undang-Undang (UU) Pemilu, seseorang yang mengajak orang lain agar tidak menggunakan hak suaranya bisa dikenaik sanksi pidana.

Hal ini tertuang dalam Pasal 515 yang berbunyi, "Setiap orang yang dengan sengaja pada saat pemungutan suara menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada pemilih supaya tidak menggunakan hak pilihnya atau memilih peserta pemilu tertentu atau menggunakan hak pilihnya dengan cara tertentu sehingga surat suaranya tidak sah, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp36 juta,"

Tak hanya itu, melakukan kekerasan dan pemaksaan terhadap orang lain untuk melakukan golput juga bisa dikenai sanksi.

"Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan menghalangi seseorang untuk memilih, membuat kegaduhan, atau mencoba menggagalkan pemungutan suara dipidana paling lama 4 (empat) tahun dan denda paling banyak Rp 48 juta," bunyi Pasal 531.

Sejarah munculnya Golput dan bahayanya 

Melansir dari aclc.kpk.go.id, istilah golput naik daun ketika menjelang Pemilu 1971 di mana saat itu muncul sekelompok mahasiswa, pemuda dan pelajar meriung di Balai Budaja Djakarta.

Mereka memproklamirkan berdirinya "Golongan Putih" sebagai gerakan moral. Di antara tokoh-tokoh yang menjadi motor gerakan itu, seperti Adnan Buyung Nasution dan Arief Budiman.

"Kelompok ini merasa aspirasi politik mereka tidak terwakili oleh wadah politik formal waktu itu," demikian dikutip dari buku Arief Budiman Tukang Kritik Profesional (2020).

“Mereka menyeru orang-orang yang tidak mau memilih partai politik dan Golkar untuk menusuk bagian yang putih (yang kosong) di antara sepuluh tanda gambar yang ada.”

Setelah bertahun-tahun sejak itu, Arief mengatakan, dirinya melahirkan gerakan golput karena Pemilu 1971 digelar tidak demokratis: pemerintah membatasi jumlah partai. Sebetulnya istilah golput datang dari rekan Arief, Imam Waluyo yang ikut dalam gerakan itu.

Bahaya Golput

Tingginya angka golput atau golongan putih ini bisa memiliki dampak negatif pada pemerintahan, di antaranya yakni: 

1. Program kerja terganggu

Program kerja menjadi salah satu poin penting yang dilihat saat menentukan pemimpin berintegritas. Program kerja yang baik tidak hanya fokus pada kemajuan negara saja dari segi infrastruktur maupun ekonomi, tetapi juga memiliki nilai-nilai integritas dan antikorupsi.

Sayangnya, sebaik apapun program kerja yang ingin dilakukan, tidak akan optimal jika angka golput tinggi. Sebab, tingginya angka golput menunjukkan bahwa sekalipun seseorang terpilih, tetapi tidak cukup mendapat kepercayaan dari masyarakat. 

2. Terganggunya demokrasi dalam negara

Tingginya angka golput juga menyebabkan terganggunya demokrasi dalam negara, karena menunjukkan rendahnya tingkat kepercayaan masyaraka. Nantinya, bisa terjadi hilangnya demokrasi dan memunculkan sikap apatis terhadap pemerintahan. 

3. Memberi kesempatan partai penguasa menang

Dampak negatif lainnya yakni memberikan kesempatan partai penguasa untuk menang dan terus melakukan kekuasaan dengan semena-mena. 

Hal ini terjadi apabila angka golput tinggi, dibarengi dengan tingkat loyalitas masyarakat terhadap parpol yang memiliki banyak pendukung setia. 

Parpol dengan pendukung terbanyak pun berkesempatan menang. Tidak peduli apakah parpol tersebut berkualitas atau tidak, tetapi karena memiliki jumlah suara yang tinggi maka partai tersebut yang berhasil memenangkan pemilu.

Untuk bisa menjadi negara yang lebih baik, diperlukan dukungan dari masyarakat itu sendiri. Yuk, pahami lebih dalam apa itu golput dan menghindarinya agar #KawanAksi bisa ikut berperan membawa perubahan bagi negara. Caranya dengan kenali para peserta pemilu dan memilih calon pemimpin berintegritas![]

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman
  1. 1
  2. 2
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper