Melansir dari aclc.kpk.go.id, istilah golput naik daun ketika menjelang Pemilu 1971 di mana saat itu muncul sekelompok mahasiswa, pemuda dan pelajar meriung di Balai Budaja Djakarta.
Mereka memproklamirkan berdirinya "Golongan Putih" sebagai gerakan moral. Di antara tokoh-tokoh yang menjadi motor gerakan itu, seperti Adnan Buyung Nasution dan Arief Budiman.
"Kelompok ini merasa aspirasi politik mereka tidak terwakili oleh wadah politik formal waktu itu," demikian dikutip dari buku Arief Budiman Tukang Kritik Profesional (2020).
“Mereka menyeru orang-orang yang tidak mau memilih partai politik dan Golkar untuk menusuk bagian yang putih (yang kosong) di antara sepuluh tanda gambar yang ada.”
Setelah bertahun-tahun sejak itu, Arief mengatakan, dirinya melahirkan gerakan golput karena Pemilu 1971 digelar tidak demokratis: pemerintah membatasi jumlah partai. Sebetulnya istilah golput datang dari rekan Arief, Imam Waluyo yang ikut dalam gerakan itu.
Bahaya Golput
Tingginya angka golput atau golongan putih ini bisa memiliki dampak negatif pada pemerintahan, di antaranya yakni:
1. Program kerja terganggu
Program kerja menjadi salah satu poin penting yang dilihat saat menentukan pemimpin berintegritas. Program kerja yang baik tidak hanya fokus pada kemajuan negara saja dari segi infrastruktur maupun ekonomi, tetapi juga memiliki nilai-nilai integritas dan antikorupsi.
Sayangnya, sebaik apapun program kerja yang ingin dilakukan, tidak akan optimal jika angka golput tinggi. Sebab, tingginya angka golput menunjukkan bahwa sekalipun seseorang terpilih, tetapi tidak cukup mendapat kepercayaan dari masyarakat.
2. Terganggunya demokrasi dalam negara
Tingginya angka golput juga menyebabkan terganggunya demokrasi dalam negara, karena menunjukkan rendahnya tingkat kepercayaan masyaraka. Nantinya, bisa terjadi hilangnya demokrasi dan memunculkan sikap apatis terhadap pemerintahan.
3. Memberi kesempatan partai penguasa menang
Dampak negatif lainnya yakni memberikan kesempatan partai penguasa untuk menang dan terus melakukan kekuasaan dengan semena-mena.
Hal ini terjadi apabila angka golput tinggi, dibarengi dengan tingkat loyalitas masyarakat terhadap parpol yang memiliki banyak pendukung setia.
Parpol dengan pendukung terbanyak pun berkesempatan menang. Tidak peduli apakah parpol tersebut berkualitas atau tidak, tetapi karena memiliki jumlah suara yang tinggi maka partai tersebut yang berhasil memenangkan pemilu.
Untuk bisa menjadi negara yang lebih baik, diperlukan dukungan dari masyarakat itu sendiri. Yuk, pahami lebih dalam apa itu golput dan menghindarinya agar #KawanAksi bisa ikut berperan membawa perubahan bagi negara. Caranya dengan kenali para peserta pemilu dan memilih calon pemimpin berintegritas![]