Bisnis.com, JAKARTA — Christopher Luxon terpilih sebagai Perdana Menteri Selandia Baru setelah Partai Nasional yang dipimpinnya memenangkan suara terbesar dalam pemilihan umum (Pemilu), Sabtu (14/10/2023). Kemenangan ini sekaligus menandai rontoknya dominasi Partai Buruh sebagai pemenang di pemilihan sebelumnya.
Warga negara Pasifik Selatan tersebut memilih pemerintahan sayap kanan-tengah untuk mengatasi tantangan ekonomi yang meningkat pascapandemi Covid-19. Sementara itu incumbent Chris Hipkins, wakil Partai Buruh yang sempat tampil sebagai Perdana Menteri pengganti Jacinda Ardern, mengakui kekalahannya.
"Rakyat Selandia Baru menginginkan perubahan [...] Kami akan memberikan pemerintahan yang kuat dan stabil yang akan menyelesaikan banyak hal" kata Luxon, dilansir dari Bloomberg, Minggu (15/10/2023).
Hasil pemilihan umum ini memperkuat pola pemilih global yang meninggalkan pemerintah yang berkuasa selama pandemi Covid-19, sebuah tantangan yang mungkin akan dihadapi oleh partai-partai yang berkuasa di Inggris dan Kanada dalam pemilihan umum dalam 2 tahun mendatang.
Meski memiliki salah satu tingkat kematian pandemi terendah di dunia, masyarakat Selandia Baru dengan tegas berpaling dari Partai Buruh, menandai berakhirnya periode yang ditetapkan oleh mantan perdana menteri Jacinda Ardern.
Analis politik di Victoria University of Wellington Bryce Edwards mengatakan bahwa kondisi ini menggambarkan adanya ketidakpuasan global saat ini terhadap semua petahana.
"Sampai batas tertentu, Partai Buruh tidak beruntung karena memimpin pemerintahan ketika suasana memburuk. Ini memang terkait dengan Covid, ini terkait dengan keadaan ekonomi secara umum,” katanya.
Luxon saat ini harus bernegosiasi dengan sekutunya, Partai ACT yang beraliran libertarian, dan mungkin partai pertama Selandia Baru yang beraliran nasionalis, untuk menyepakati pengaturan pemerintahan yang menguasai mayoritas di parlemen.
Perundingan tersebut dapat memakan waktu beberapa minggu dan mungkin akan membuat ACT dan New Zealand First memenangkan konsesi kebijakan dan jabatan menteri dari Partai Nasional sebagai imbalan atas dukungan mereka.
Adapun, hasil awal menunjukkan bahwa Partai Nasional memenangkan 39% suara, sementara ACT mendapatkan 9%, dan New Zealand First mendapatkan 6,5%.
Partai Buruh merosot menjadi 27% dari 50% tiga tahun lalu, mengalirkan dukungan ke partai-partai di kanan dan kiri.
Meski demikian, pemenang terbesar di antara partai-partai kecil adalah New Zealand First, yang kembali ke parlemen setelah tersingkir 3 tahun lalu. Bagi pemimpinnya, Winston Peters yang berusia 78 tahun, ini merupakan kemenangan yang luar biasa dalam karir politiknya selama 44 tahun.
Walau saat ini National dan ACT memiliki suara mayoritas parlemen, mereka mungkin akan kehilangan mayoritas tersebut setelah hasil resmi, yang mencakup suara khusus dan luar negeri, dipublikasikan pada 3 November.
Hal itu akan membuat Peters memegang keseimbangan kekuasaan.
Peters sebelumnya menyampaikan bahwa Selandia Baru saat ini berada dalam krisis ekonomi dan sosial"dan beberapa janji dalam kampanye mungkin tidak akan terwujud.
Pemerintah yang baru dinilai menghadapi prospek ekonomi yang menantang, dengan bank sentral yang memperkirakan akan terjadi resesi karena mempertahankan suku bunga tinggi untuk mengendalikan inflasi.
Utang pemerintah juga tercatat meningkat karena Partai Buruh meminjam lebih banyak untuk memerangi pandemi dan membiayai pemulihan dari badai dahsyat pada awal tahun ini.