Bisnis.com, JAKARTA -- Keberadaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (pltu) memang menjadi salah satu penyebab tingginya pencemaran udara di Indonesia tapi bukan merupakan faktor tunggal.
Lead Analyst Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA) Lauri Myllyvirta mengakui banyak sumber polutan yang menjadi penyebab buruknya kualitas udara di Jakarta.
“Yang sering disebut memang PLTU. Tapi bukan satu-satunya. Ada sumber polutan lain yaitu transportasi, kebakaran hutan, dan lain-lain,” ujarnya, Jumat (15/9/2023).
Lauri meminta kepada pemerintah Indonesia untuk mencari solusi yang komprehensif untuk memperbaiki kualitas udara di Jakarta.
“Agar udara Jakarta bersih, solusi tidak boleh fokus pada satu sektor saja. Penyelesaian secara menyeluruh harus ada pada beberapa sektor,” imbuhnya.
Menurutnya, ada banyak sektor yang menjadi penyumbang polutan di Jakarta, di antaranya transportasi dan kebakaran hutan. PLTU hanya menjadi satu dari sekian banyak sektor penyumbang polutan di Jakarta.
Baca Juga
Hal ini sesuai dengan data yang disampaikan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Saat ini, polusi udara di Jakarta merupakan emisi dari kendaraan bermotor. Data KLHK menyebutkan tidak kurang dari 44 persen polusi udara disumbang dari emisi kendaraan bermotor, disusul industri 31 persen, manufaktur sebesar 10 persen, perumahan 14 persen, dan komersial 1 persen.
Sementara itu, total emisi karbon dari kendaraan bermotor di Jakarta mencapai 81,17 juta kg CO2e menyusul tingginya jumlah penggunaan. Angka tersebut disampaikan oleh Institute for Development of Economics and Finance (INDEF).
Kepala Center of Food, Energy, and Sustainable Development Indef Abra Talattov mengatakan dengan rata-rata konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) di Jakarta untuk motor sebesar 0,92 liter per hari dan mobil 3,9 liter per hari, maka total konsumsi BBM di Jakarta bisa mencapai 17,8 juta liter per hari untuk seluruh populasi motor dan 16,2 juta liter per hari untuk seluruh populasi mobil.
Apabila jumlah emisi karbon 1 liter BBM setara dengan 2,4 kg CO2e, artinya estimasi total emisi yang dihasilkan dari total populasi sepeda motor dan mobil penumpang di Jakarta mencapai 81,17 juta kg CO2e.
Masalahnya, papar Abra, dalam lima tahun terakhir populasi mobil penumpang di Jakarta mengalami peningkatan hingga 15,5 persen menjadi 4,13 juta kendaraan. Sementara populasi sepeda motor meningkat hingga 27,8 persen menjadi 19,22 juta kendaraan.
“Menyadari besarnya emisi karbon yang dihasilkan kendaraan berbasis fosil tersebut sudah mestinya menjadi momentum transformasi menuju ekosistem transportasi yang bersih,” tambahnya.