Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Inggris membantah menjadi mata-mata China dan menghadapi seruan untuk bersikap lebih keras terhadap negara itu seiring meningkatnya ancaman pada Senin (11/9/2023).
Polisi sebelumnya menangkap seorang peneliti parlemen Inggris karena dicurigai menjadi mata-mata untuk China.
Penangkapan tersebut dilakukan pada awal tahun, tetapi baru diumumkan pada akhir pekan ini, yang mendorong Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak untuk memperingatkan Perdana Menteri China Li Qiang secara langsung tentang campur tangan China dalam demokrasi.
Namun, hal ini juga memicu penolakan keras di Beijing, yang telah bereaksi dengan kemarahan terhadap kritik sebelumnya mengenai catatan hak asasi manusia (HAM) mereka terhadap minoritas Uighur dan terkikisnya hak-hak sipil di Hong Kong.
Melansir CNA, Wakil Perdana Menteri Inggris Oliver Dowden mengatakan di parlemen bahwa pemerintah akan melakukan apapun untuk melindungi keamanan nasionalnya.
“Ini adalah tuduhan yang serius dan memang benar bahwa tuduhan tersebut sedang diselidiki secara menyeluruh oleh polisi dan lembaga terkait,” katanya terkait kasus peneliti parlemen itu.
Baca Juga
Menurutnya, pemerintah sudah jelas bahwa China mewakili tantangan terhadap Inggris dan London berpandangan jernih terhadap tantangan tersebut.
The Sunday Times yang pertama kali mengungkap klaim mata-mata tersebut, memberikan tekanan pada pemerintahan Sunak untuk memperketat kebijakannya terhadap China, seiring upaya untuk menjalin hubungan yang lebih besar dengan negara adidaya Asia tersebut.
Ketika mencalonkan diri sebagai pemimpin Partai Konservatif, Sunak menyebut China sebagai ancaman nomor satu terhadap keamanan domestik dan global, pada tahun lalu.
Meski begitu, saat berkuasa dia menolak retorika keras itu, dan justru menganggap kebangkitan China sebagai tantangan strategis dan mendorong keterlibatan untuk mengatasi isu-isu seperti perubahan iklim.