NAML memperingatkan bahwa bahan kimia radioaktif ini yang memiliki waktu paruh yang lama akan terus terakumulasi melalui rantai makanan di laut tidak peduli seberapa banyak bahan tersebut terlarut di laut.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa mengonsumsi makanan laut yang terkena dampak seperti ikan dan lobster dapat menyebabkan kerusakan DNA dan meningkatkan risiko kanker bagi manusia.
Kekhawatiran ini semakin bertambah pada bulan Mei, ketika seekor ikan yang ditangkap oleh Tepco di dekat saluran drainase pabrik memiliki kadar Cesium-137, 180 kali lebih tinggi dari batas maksimum yang diperbolehkan.
Operasi pelepasan ini juga ditentang oleh Ikatan Fisikawan Internasional untuk Pencegahan Perang Nuklir yang mengeluarkan pernyataan pada bulan Mei yang mengatakan Samudra Pasifik tidak boleh menjadi tempat pembuangan limbah radioaktif.
Bisakah negara lain memantau tingkat radiasinya?
Tidak, meskipun China bermaksud memantau radiasi laut di wilayah yang berada di bawah yurisdiksinya untuk melacak kemungkinan dampak pembuangan air limbah Fukushima.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mempertahankan kehadirannya di lokasi pembangkit listrik tersebut dan memulai pelacak data langsung pada tanggal 24 Agustus yang mencakup konsentrasi tritium encer, laju aliran pelepasan, dan pemantauan radiasi.
Titik hijau pada pelacak berarti tingkat pengukuran berada dalam tingkat yang diharapkan dan titik merah berarti ada tingkat abnormal yang memerlukan perhatian. Situs IAEA mencatat bahwa informasi dan data disediakan oleh Tepco. (Nizar fachri Rabbani)