Bisnis.com, JAKARTA – Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menghadapi serangkaian tuduhan kejahatan baru pada Selasa (15/8/2023).
Dewan Juri Georgia menggunakan undang-undang yang dikembangkan untuk menjatuhkan gerombolan kejahatan terorganisasi dan menuntut Trump dengan percobaan membatalkan kekalahannya dalam pemilihan presidenAS tahun 2020 .
Dilansir dari Channel News Asia, tuduhan tersebut yang diajukan pada Senin (14/8/2023) malam oleh Jaksa Wilayah Fulton County Fani Willis.
Surat dakwaan setebal 98 halaman itu mencantumkan 19 terdakwa dan 41 tuntutan pidana secara keseluruhan.
Semua terdakwa didakwa melakukan pemerasan yang digunakan untuk menargetkan anggota kelompok kejahatan terorganisasi dan diancam hukuman minimal 5 tahun penjara.
Mark Meadows, mantan Kepala Staf Gedung Putih Trump, dan pengacara Rudy Giuliani, Jenna Ellis, dan John Eastman termasuk di antara mereka yang didakwa.
Baca Juga
"Daripada mematuhi proses hukum Georgia untuk tantangan pemilihan, para terdakwa terlibat dalam usaha pemerasan kriminal untuk membatalkan hasil pemilihan presiden di Georgia," kata Willis pada konferensi pers sebelum tengah malam.
Trump dan para terdakwa lainnya memiliki waktu hingga tengah hari pada 25 Agustus, untuk menyerah secara sukarela, daripada menghadapi penangkapan, kata Willis.
Dia mengatakan berencana untuk mengadili semua 19 terdakwa bersama-sama dalam waktu enam bulan.
Catatan pengadilan menunjukkan kasus tersebut telah diserahkan kepada Hakim Scott McAfee, mantan jaksa yang ditunjuk pada bulan Februari 2023 oleh Gubernur Republik Brian Kemp. Dia akan mencari dukungan pemilihan tahun depan untuk mempertahankan posisinya.
Menggemakan kritiknya terhadap banyak penyelidikan lain yang dia hadapi, Trump menyebut dakwaan itu sebagai perburuan “penyihir" politik di sebuah pos media sosial dan menuduh Willis, seorang Demokrat terpilih, mencoba menyabotase upayanya untuk kembali menjadi presiden.
Trump mengatakan akan merilis laporan tentang "Penipuan Pemilihan Presiden" yang akan membebaskannya dari tuduhan.
"Mereka tidak pernah mengejar orang-orang yang mencurangi pemilu. Mereka hanya mengejar orang-orang yang berjuang untuk menemukan pencuri!," jelasnya.
Sejak kekalahannya pada tahun 2020, Trump telah berulang kali membuat klaim palsu bahwa pemilu tersebut dirusak oleh kecurangan yang meluas.
Klaim tersebut telah ditolak oleh puluhan pengadilan, peninjauan negara bagian, dan anggota pemerintahannya sendiri.