Bisnis.com, JAKARTA - Mantan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, baru saja didakwa atas upaya pembatalan kekalahannya dalam pemilihan presiden (Pilpres) AS 2020 pada Kamis (3/8/2023).
Namun, politisi Partai Republik tersebut dinilai justru diuntungkan dari rentetan kasus hukum yang didakwakan kepadanya, karena hal tersebut menutupi upaya kampanye dari rival separtainya dan malah memperkuat posisi Trump sebagai kandidat terkuat.
“Basis Trump akan jadi lebih kuat, dan kandidat lain akan banyak membicarakan hal itu daripada membicarakan diri mereka sendiri,” ujar Jim Merrill, konsultan lawas Partai Republik yang berbasis di New Hampshire, sebagaimana dikutip dari Fox News, Sabtu (5/8/2023).
Ke depannya, menurut Merrill, kandidat lain bakal “dipaksa” bicara tentang Trump dan akan semakin sulit untuk menghindari hal tersebut.
Hal serupa juga diungkap komunikator Republikan, Ryan Williams. Menurutnya, kasus yang ada sama sekali tak mempengaruhi dukungan pemilih Partai Republik terhadap Trump.
“Makin banyak orang bicara tentang Trump, makin kuat pula angkanya di pemilihan awal Partai Republik,” kata Williams.
Baca Juga
Trump sendiri tak membuang waktu untuk kembali berkampanye. Dia telah menghadiri pertemuan musim panas Partai Republik pada Jumat (28/7/2023), dan berkampanye di South Carolina sehari setelahnya.
Kedua agenda tersebut diadakan menjelang sidang dakwaan Trump pada Selasa (31/72023). Pekan depan dia akan menuju New Hampshire dalam rangka agenda pencalonan Partai Republik.
Menjelang kampanye presidensial ketiganya, sejak awal tahun ini, Trump telah menjadi satu-satunya presiden atau mantan presiden dalam sejarah AS yang pernah mendapatkan dakwaan hukum.
Selain dakwaan terkait Pilpres 2020, dia telah didakwa atas kasus penyuapan, pelarian dokumen rahasia pemerintah AS, serta upaya pembatalan hasil pilpres di Georgia.