Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rudal Korut Terbang 74 Menit Jelang Kishida dan Yoon Suk Yeol Bertemu di KTT NATO

Korut melakukan uji coba peluru kendali dengan waktu terbang 74 menit menjelang pertemuan Yoon Suk Yeol dan Kishida.
Rudal Korut/REUTERS-KCNA
Rudal Korut/REUTERS-KCNA

Bisnis.com, JAKARTA - Korea Utara (Korut) melakukan uji coba peluru kendali dengan waktu terbang terlama, 74 menit, di lepas pantai timurnya pada Rabu (13/7/2023) saat pemimpin Korea Selatan dan Jepang dijadwalkan bertemu di sela-sela KTT NATO untuk membahas ancaman termasuk senjata nuklir Korut.

Peluncuran itu dilakukan setelah keluhan panas dari Korut dalam beberapa hari terakhir.

Korut menuduh pesawat mata-mata Amerika Serikat (AS) melanggar wilayah udara di zona ekonominya, mengutuk kapal selam rudal berjelajah bertenaga nuklir yang tiba di Korsel, dan berjanji untuk mengambil langkah-langkah atas provokasi itu.

Rudal itu terbang selama 74 menit ke ketinggian 6.000 km dan jangkauan 1.000 km, kata Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Hirokazu Matusno.

Ini menjadi waktu penerbangan terlama untuk rudal Korea Utara.

Pada bulan April,  Korut menembakkan rudal balistik antarbenua (ICBM) berbahan bakar padat pertamanya, salah satu dari sekitar selusin uji coba rudal tahun ini.

Analis percaya bahwa ICBM Korut dapat terbang cukup untuk menyerang sasaran di manapun di Amerika Serikat, dan negara tersebut kemungkinan telah mengembangkan hulu ledak nuklir yang dapat ditampung di roket.

Penjaga Pantai Jepang mengatakan apa yang diyakini sebagai rudal balistik tampaknya telah mendarat pada tengah hari.

Sebelumnya, diperkirakan proyektil akan jatuh di luar zona ekonomi eksklusif (ZEE) Jepang dan sekitar 550 km (340 mil) Timur semenanjung Korea.

Leif-Eric Easley, seorang profesor studi internasional di Ewha Womans University di Seoul, mengatakan pernyataan Korur baru-baru ini menentang AS dalam pesawat pengintai, adalah bagian dari pola penggelembungan ancaman eksternal untuk menggalang dukungan domestik dan membenarkan uji coba senjata.

"Pyongyang juga menunjukkan kekuatannya untuk mengganggu apa yang dianggapnya sebagai koordinasi diplomatik melawannya, dalam hal ini, pertemuan para pemimpin Korea Selatan dan Jepang selama KTT NATO."

Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, yang berada di Lituania untuk menghadiri KTT NATO, mengadakan rapat darurat dewan keamanan nasional untuk membahas peluncuran tersebut dan berjanji akan menggunakan KTT tersebut untuk menyerukan solidaritas internasional yang kuat guna menghadapi ancaman semacam itu.

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, yang juga berada di Lituania, memerintahkan stafnya untuk mengumpulkan informasi dan tetap waspada untuk mempersiapkan peristiwa yang tidak terduga, menurut kantor perdana menteri.

Kishida dan Yoon diperkirakan akan bertemu pada hari Rabu (12/7/2023), dan Matsuno mengatakan pertemuan puncak juga direncanakan dengan Korea Selatan, Australia dan Selandia Baru.

"Kami akan menanggapi dengan kerja sama yang erat dengan komunitas internasional," kata Matsuno dalam konferensi pers.

Dia mengatakan peluncuran itu mengancam perdamaian dan stabilitas kawasan dan komunitas internasional, dan bahwa Jepang telah mengajukan protes melalui saluran diplomatik di Beijing.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nancy Junita
Editor : Nancy Junita

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper