Bisnis.com, JAKARTA – Perdana Menteri Kamboja Hun Sen pada Sabtu (1/7/2023) memulai kampanye partainya yang berkuasa untuk pemilihan akhir bulan ini yang nyaris tanpa lawan, karena partai oposisi utama dicegah untuk mencalonkan diri.
Pria berusia 70 tahun yang telah memerintah negara berpenduduk 16 juta jiwa itu selama empat dekade berbicara di depan orang banyak di Ibu Kota, Phnom Penh.
Dia berdiri di samping putranya Hun Manet yang juga merupakan kandidat dalam jajak pendapat dan dianggap sebagai penggantinya.
Dilansir dari Channel News Asia, Sabtu (1/7/2023), Hun Sen mengatakan Partai Rakyat Kamboja (CPP) miliknya telah memastikan perdamaian, pembangunan sosial-ekonomi, penguatan demokrasi, dan menambahkan bahwa hak dan kebebasan dihormati.
Namun, dia juga memperingatkan bahwa setiap upaya untuk menghasut kekacauan sosial atau pemberontakan akan dipadamkan secepatnya.
Selain CPP, hanya partai kecil dengan sedikit dana atau popularitas yang akan mencalonkan diri dalam pemilihan 23 Juli.
Baca Juga
Partai oposisi utama dibubarkan pada 2017 karena dugaan upaya kudeta dengan sejumlah anggotanya dipenjara. Sebuah partai yang dibentuk dari sisa-sisanya dilarang pada bulan Mei karena perbedaan dokumen.
Hun Sen juga baru-baru ini memerintahkan parlemen Kamboja untuk merevisi undang-undang tersebut, sehingga siapa pun yang tidak memilih akan dilarang ikut serta dalam pemilu selanjutnya.
Tokoh oposisi terkemuka, Sam Rainsy, menyebut pemilu itu palsu.
Amerika Serikat (AS) telah mengatakan sangat terganggu oleh tindakan tidak demokratis menjelang pemungutan suara dan tidak akan mengirim pemantau resmi untuk menghadiri proses pemilu yang dinilai oleh banyak pakar independen Kamboja dan internasional tidak bebas dan tidak adil.
Kementerian Pos dan Telekomunikasi Kamboja mengatakan pada Jumat (30/6/2023) bahwa mereka akan mendeportasi perwakilan Meta dan Kamboja dan akan menghentikan semua kerja sama dengan perusahaan tersebut karena banya akun palsu, risiko data, dan kurangnya transparansi.
Selama pemerintahan Hun Sen—salah satu jabatan perdana menteri terlama di dunia—saingan politiknya telah dipenjara atau diasingkan, media kritis ditutup dan perbedaan pendapat sipil dihancurkan.
Dalam beberapa bulan terakhir, dia telah mengisyaratkan akan menyerahkan kekuasaan kepada Hun Manet, anaknya sekaligus Wakil Panglima tertinggi Angkatan Bersenjata Kerajaan Kamboja dan lulusan Akademi Militer Amerika Serikat di West Point.