Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rusia Ngamuk ke AS: Jangan Ceramahi Kami soal Nuklir!

Rusia menyebut kritik AS terhadap rencana pengerahan Moskow sebagai tindakan munafik. Moskow juga meminta AS jangan menceramahi soal nuklir.
Tingkat modernisasi nuklir Rusia saat ini berada pada level tertinggi dalam sejarahnya dan mencapai 89,1 persen menruut Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu. Dia mencatat bahwa perbaikan Pasukan Roket Strategis Rusia terus berlanjut. Komponen angkatan laut dan udara dari trifecta nuklir juga sedang ditingkatkan./tass.com
Tingkat modernisasi nuklir Rusia saat ini berada pada level tertinggi dalam sejarahnya dan mencapai 89,1 persen menruut Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu. Dia mencatat bahwa perbaikan Pasukan Roket Strategis Rusia terus berlanjut. Komponen angkatan laut dan udara dari trifecta nuklir juga sedang ditingkatkan./tass.com

Bisnis.com, JAKARTA - Rusia mengingatkan Presiden Amerika Serikat Joe Biden untuk tidak mencermahi pihaknya soal pengerahan senjata nuklir taktis di wilaya Belarusia. Moskow justru melayangkan kritik balik lantaran Washington selama beberapa dekade telah mengerahkan senjata nuklir semacam itu di Eropa.

Dilansir dari Reuters pada Sabtu (27/5/2023). Rusia mengatakan bahwa pihaknya mendorong penyebaran pertama senjata semacam itu di luar perbatasannya sejak runtuhnya Uni Soviet pada 1991. Di sisi lain, Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mengatakan bahwa senjata-senjata nuklir tersebut sudah dalam perjalanan.

Presiden AS Joe Biden mengungkapkan reaksi "sangat negatif" terhadap laporan bahwa Rusia telah melanjutkan rencana untuk menyebarkan senjata nuklir taktis di Belarusia. Departemen Luar Negeri AS juga mengecam rencana penyebaran nuklir Rusia.

"Ini adalah hak berdaulat Rusia dan Belarus untuk memastikan keamanan mereka dengan cara yang kami anggap perlu di tengah-tengah perang hibrida berskala besar yang dilancarkan oleh Washington terhadap kami. Langkah-langkah yang kami ambil sepenuhnya konsisten dengan kewajiban hukum internasional Rusia," kata kedutaan besar Rusia di Amerika Serikat dalam sebuah pernyataan.

Sementara itu, AS mengklaim bahwa dunia menghadapi bahaya nuklir yang paling parah sejak Krisis Rudal Kuba 1962 karena pernyataan Presiden Vladimir Putin selama konflik Ukraina. Namun, Moskow mengatakan bahwa posisinya telah disalahartikan.

Putin, yang telah menggambarkan perang Ukraina sebagai pertempuran untuk kelangsungan hidup Rusia melawan negara Barat dan Nato, telah berulang kali memperingatkan bahwa Rusia, yang memiliki lebih banyak senjata nuklir daripada negara lain, akan menggunakan segala cara untuk mempertahankan diri.

Senjata nuklir taktis digunakan untuk keuntungan taktis di medan perang. Namun, skalanya lebih kecil daripada senjata nuklir strategis yang dirancang untuk menghancurkan kota-kota di AS, Eropa, atau Rusia.

Kedutaan Besar Rusia menyebut kritik AS terhadap rencana pengerahan Moskow sebagai tindakan munafik. Moskow bahkan mengingatkan sebelum menyalahkan pihak lain, Washington harus melakukan introspeksi diri. 

"Amerika Serikat telah puluhan tahun mempertahankan persenjataan nuklirnya yang besar di Eropa. Bersama dengan sekutu NATO-nya, Amerika Serikat berpartisipasi dalam pengaturan pembagian nuklir dan berlatih untuk skenario penggunaan senjata nuklir terhadap negara kita."

Amerika Serikat telah mengerahkan senjata nuklir di Eropa Barat sejak Presiden AS Dwight D Eisenhower mengesahkan pengerahan senjata nuklir pada Perang Dingin sebagai balasan atas ancaman yang dirasakan dari Uni Soviet. Senjata nuklir AS pertama di Eropa dikerahkan di Inggris pada tahun 1954.

Sebagian besar rincian tentang penyebaran AS saat ini dirahasiakan, meskipun Federasi Ilmuwan Amerika mengatakan bahwa AS memiliki 100 senjata nuklir taktis B61 yang dikerahkan di Eropa, di Italia, Jerman, Turki, Belgia, dan Belanda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper