Bisnis.com, JAKARTA - Beberapa pihak mengungkapkan hasil Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT ke-42 Asean 2023 yang telah dilaksanakan di Labuan Bajo, NTT belum maksimal.
Derry Aman sebagai Permanent Representative of Indonesia to Asean mengatakan bahwa 10 dokumen yang telah dihasilkan mewakili Indonesia menjadi ketua Asean pada periode kali ini.
Menurutnya, KTT Asean 2023 telah membahas permasalahan Asean dalam membahas berbagai isu seperti dalam aspek keamanan politik, kepentingan sosial budaya dan ekonomi Asean.
“Maka dari itu, permasalahan Asean sebagai epicentrum of growth sudah tercermin melalui KTT ke-42 Asean Ini’ ujarnya dalam diskusi publik yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) pada Senin (15/5/2023).
Rizal Sukma, Senior Fellow of Centre for Strategic and International Studies (CSIC) juga memberikan apresiasi pelaksanaan KTT Asean 2023 di Labuan Bajo.
Namun, Rizal memberikan pandangan yang berbeda terkait hasil dari KTT ke-42 2023. Dia mengungkapkan kekecewaan, lantaran Asean masih belum berubah dan belum berani. Rizal kemudian juga membandingkan dengan KTT Asia Timur dengan KTT Asean kali ini.
Baca Juga
“KTT Asia Timur adalah mekanisme yang sangat penting yang dibuat Asean saat itu untuk benar-benar mengatasi tantangan pasca perang dingin. Tapi, saya belum pernah melihat yang seperti itu di KTT Asean 2023,” Ucapnya.
Rizal berpesan kepada delegasi Indonesia, intelijen, atau pemerintah bahwa tidak perlu khawatir dituduh dalam berusaha menciptakan perpecahan di dalam Asean, selama berpegang pada prinsip kebijakan luar negeri.
“Kita harus tetap berpegang pada Asean, karena sebagian besar kepentingan strategis nasional kita tahun 1960-an dan 70-an sudah dipenuhi oleh Asean” Jelas Rizal.
Dia juga menanggapi mengenai ketika Indonesia menerapkan quiet diplomacy akan menjadi kelemahan jika tidak tidak menghasilkan apapun selama KTT Asean 2023. Menurutnya, konsep quiet diplomacy telah menaruh ekspektasi tinggi kepada seluruh pihak.
Bukan hanya itu, Rizal mengaku heran lantaran seperti ada kesepakatan dalam Asean serta mengapa harus Indonesia yang diharapkan dapat berkompromi.
Menanggapi hal tersebut, Derry kemudian menjelaskan bahwa bahwa Asean memiliki caranya sendiri yakni dalam konsensus yang terbuka untuk kritik dari siapapun. Tanpa hal tersebut, maka Asean tidak akan berdiri sesuai apa yang kita lihat pada saat ini.
Derry juga menjelaskan bahwa dalam masa keketuaan Asean selalu berusaha untuk memunculkan dari apa yang dirasakan dan apa yang dilihat terbaik untuk Asean dalam menghadapi tantangan.
Dia menjelaskan bahwa diskusi yang terjadi di antara pemimpin Asean mungkin tidak dibagikan dari dokumen atau media.
“Sehingga harus kita pahami bahwa semua ini merupakan roadmap keketuaan ASEAN Indonesia, yang pada akhirnya akan sampai pada hasil akhir KTT Asean 223 pada September. Jadi KTT ini adalah salah satu batu loncatan menuju September 2023” Jelasnya.