Bisnis.com, JAKARTA – Paus Fransiskus mengungkapkan pihak pemerintah Argentina pernah mengincar dirinya saat dia menjabat sebagai uskup agung Buenos Aires lebih dari satu dekade yang lalu.
Paus Fransiskus mengatakan Pemerintah Argentina mendukung tuduhan palsu yang menyebutkan bahwa dia telah bersekutu dengan kediktatoran militer di tahun 1970-an.
Fransiskus menyampaikan tanggapannya pada 29 April dalam percakapan pribadi bersama para Yesuit ketika dia mengunjungi Hongaria.
Dalam kunjungannya, seorang anggota ordo religius Yesuit Hongaria bertanya kepada Fransiskus mengenai hubungannya dengan mendiang Pastor Frenc Jalics, seorang Yesuit kelahiran Hungaria yang melakukan pekerjaan sosial di sebuah kota kumuh Buenos Aires dan ditangkap oleh militer karena dicurigai membantu kelompok sayap kiri.
Melansir Reuters pada Rabu (10/5/2023), Jalics ditangkap pada tahun 1976 bersama pendeta Yesuit lainnya, Orlando Yorio yang berasal dari Uruguay.
Orio meninggal pada tahun 2000 sedangkan Jalics meninggal pada tahun 2021.
Baca Juga
Ketika Fransiskus dipilih menjadi Paus pada 2013 lalu, ada seorang jurnalis asal Argentina yang menyebut Fransiskus telah mengkhianati dua pendeta tersebut.
"Situasi benar-benar sangat membingungkan dan tidak pasti. Kemudian berkembang legenda bahwa saya menyerahkan mereka untuk dipenjara," kata Fransiskus.
Paus selalu membantah tuduhan tersebut, sementara Jalics menyatakan bahwa penangkapan yang terjadi bukanlah kesalahan paus di masa depan.
Dia bersaksi di depan panel tiga hakim yang menyelidiki periode kediktatoran pada 2010 ketika Fransiskus masih menjadi uskup agung di Buenos Aires.
"Beberapa orang di pemerintahan ingin memenggal kepala saya, tetapi pada nyatanya saya tidak bersalah," kata Francis.
Fransiskus tidak memberikan perincian, tetapi sebagai uskup agung Buenos Aires pada saat itu, dia memiliki hubungan yang sulit dengan pemerintahan Presiden Cristina Fernandez de Kirchner, yang kala itu menjabat dari 2007-2015.