Bisnis.com, JAKARTA - Rusia diprediksi mengalami kesulitanmembuat senjata militer baru akibat kerugian perang dan sanksi negara Barat.
Sebuah laporan dari Pusat Kajian Strategis dan Internasional (CSIS) menyebut bahwa hampir 10.000 unit alat militer utama seperti tank, truk, artileri, dan drone udara milik Rusia rusak. Dalam perang yang telah berlangsung selama lebih dari satu tahun, Rusia kehilangan 1.845 hingga 3.511 tank andalannya.
“Kualitas militer Rusia dalam hal peralatan canggih kemungkinan akan menurun, setidaknya dalam waktu dekat,” kata laporan CSIS dikutip dari CNN International, Rabu (19/4/2023).
Situs intelijen open source Oryx yang berbasis di Belanda mengatakan bahwa mereka memiliki bukti visual dari 500 varian tank T-72B3 yang rusak, hancur, atau ditinggalkan.
“Mereka mundur dalam hal peralatan,” kata para pejabat tentang lapis baja Rusia.
Sementara itu, laporan CSIS juga menyoroti masalah yang dihadapi Presiden Rusia Vladimir Putin dan jajarannya dalam konstruksi tank baru.
Baca Juga
Satu pabrik tangki, Ural Vagon Zavod, dilaporkan hanya dapat menghasilkan sekitar 20 tangki sebulan. Namun, Rusia harus kehilangan sekitar 150 tank setiap bulannya.
Kondisi yang menyulitkan itu membuat CSIS menyarankan agar Moskow dapat memperbarui dan menghidupkan kembali tank-tank lama lantaran tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk memproduksi tank baru. Terlebih, sanksi Barat juga membuat Rusia tidak dapat mengimpor suku cadang dan peralatan yang dibutuhkan untuk membuat tank modern.
“Moskow berada di bawah tekanan untuk beradaptasi, seringkali beralih ke pemasok dan rute pasokan yang kurang dapat diandalkan dan lebih mahal, impor dengan kualitas lebih rendah, atau mencoba mereproduksi komponen Barat secara internal. Ini kemungkinan menghambat laju dan kualitas produksi pertahanan Rusia,” kata laporan itu.