Bisnis.com, SOLO - Salat gerhana dianjurkan dilakukan saat terjadinya gerhana matahari maupun bulan.
Melansir dari situs resmi Kemenag, sebelum melakukan salat ini harap diperhatikan gerhana yang terjadi adalah gerhana bulan atau gerhana matahari.
Shalat sunah gerhana matahari pertama kali disyariatkan pada tahun kedua hijriyah, sedangkan shalat gerhana bulan pada tahun kelima Hijriyah dan menurut pendapat yang kuat (rajih) pada bulan Jumadal Akhirah.
Mayoritas ulama menyatakan bahwa hukum menjalankan shalat gerhana adalah sunah mu`akkadah.
Sebelum shalat, jamaah dapat diingatkan dengan ungkapan, ”As-Shalâtu jâmi’ah.”. Adapun niat melakukan salat gerhana yakni:
Niat melakukan shalat gerhana matahari (kusufus syams) atau gerhana bulan (khusuful qamar), menjadi imam atau ma’mum.
Baca Juga
أُصَلِّيْ سُنَّةً لِكُسُوْفِ الشَّمْسِ / لِخُسُوْفِ الْقَمَرِ اِمَامًا / مَأْمُوْمًا لِلّهِ تَعَالَى
Cara salat gerhana:
1. Shalat gerhana dilakukan sebanyak dua rakaat
2. Setiap rakaat terdiri dari dua kali ruku’ dan dua kali sujud
3. Setelah ruku’ pertama dari setiap rakaat membaca Al-Fatihah dan surat kembali
4. Pada rakaat pertama, bacaan surat pertama lebih panjang daripada surat kedua. Demikian pula pada rakaat kedua, bacaan surat pertama lebih panjang daripada surat kedua
5. Setelah shalat disunahkan untuk berkhotbah.
Hal yang sebaiknya diperhatikan adalah dalam soal ruku’nya yakni saat ruku’ pertama dalam rakaat pertama lebih panjang dari yang kedua.
Menurut keterangan yang terdapat dalam kitab-kitab fikih madzhab Syafi’i, pada ruku’ pertama membaca tasbih kira-kira lamanya sama dengan membaca seratus ayat surat Al-Baqarah, sedang ruku’ kedua kira-kira delapan puluh ayat.
Begitu seterusnya dalam rakaat kedua. Untuk ruku’ pertama pada rakaat kedua membaca tasbih lamanya kira-kira sama dengan membaca tujuh puluh ayat surat Al-Baqarah, dan ruku’ keduanya kira-kira lamanya sama dengan membaca lima puluh ayat.