Bisnis.com, JAKARTA — Kunjungan kenegaraan Presiden Prancis Emmanuel Macron ke China pada 5-7 April 2023 menunjukkan meningkatnya perbedaan pendapat antara pejabat AS dan Eropa.
Surat kabar Hill menyampaikan informasi tersebut dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada Sabtu (8/4/2023).
Pertemuan tingkat tinggi baru-baru ini menggarisbawahi meningkatnya ketegangan antara AS dan Eropa dalam cara berhubungan dengan China, seperti dilansir dari TASS, pada Minggu (9/4/2023).
Menurut surat kabar itu, Macron berusaha meyakinkan pemimpin China Xi Jinping untuk memainkan peran utama dalam membangun perdamaian antara Ukraina dan Rusia.
Pemerintahan Biden dan Kongres AS bersikeras bahwa Beijing bekerja untuk membentuk kembali dunia dalam pandangan model otoriter China.
Sementara itu, para pemimpin Eropa sulit untuk bersatu dalam risiko mempertaruhkan hubungan dekat dengan Beijing.
Baca Juga
Menurut surat kabar itu, fakta bahwa Macron didampingi oleh puluhan pejabat bisnis menyoroti fokus Prancis untuk mempertahankan diri, memperkuat hubungan ekonomi dengan China.
Namun, artikel tersebut menyatakan bahwa Eropa sendiri terpecah dan beberapa beralih ke China. Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen yang menemani Macron dalam perjalanannya, telah mempertaruhkan posisinya sehubungan dengan China.
Von der Leyen mengatakan bahwa Eropa harus mempertaruhkan hubungan ekonominya dengan China.
"Pendekatan hawkishnya dipandang lebih sejalan dengan negara-negara Eropa tengah dan timur, yang telah berpisah dengan pandangan arus utama dari Prancis dan Jerman," surat kabar itu menyimpulkan.