Bisnis.com, JAKARTA - China menilai bahwa kesepakatan baru yang dijalin oleh Amerika Serikat (AS) dan Filipina dapat membahayakan perdamaian dan stabilitas regional.
Seperti diketahui, pada awal Februari 2023, Filipina mengumumkan kesepakatan untuk memberikan akses yang lebih luas bagi pasukan AS di sejumlah pangkalan militer di wilayahnya.
Kesepakatan itu sebagai salah satu upaya Filipina dan AS untuk menangkal kebangkitan dari militer China.
"Karena kepentingan pribadi, AS mempertahankan mentalitas untung rugi dan terus memperkuat penempatan militernya di kawasan Filipina," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning dikutip dari Channel News Asia, Rabu (5/4/2023).
Menurut Mao Ning, negara-negara di kawasan Asia seharusnya memikirkan secara mendalam tentang kesepakatan apa yang pantas diambil oleh sebuah negara.
Dia menilai, kesepakatan sebaiknya dicapai ketika sebuah negara merasa bahwa hal tersebut bermanfaat bagi kepentingan mereka sendiri dan juga bagi perdamaian dan stabilitas kawasan.
Baca Juga
"[Kesepakatan Filipina-AS] hasilnya pasti akan meningkatkan ketegangan militer dan membahayakan perdamaian dan stabilitas kawasan," sambungnya.
Sebelumnya, pada Senin (3/4/2023), Filipina mengumumkan empat lokasi pangkalan militer baru yang dapat digunakan oleh pasukan AS, dengan salah satunya berlokasi di dekat laut China Selatan.
Adapun, keputusan untuk memperluas kerja sama di kawasan strategis Filipina ini pertama kali disepakati oleh kedua negara pada Februari 2023.
Sesuai dengan kesepakatan bernama Perjanjian Kerja Sama Pertahanan Lanjutan 2014 (EDCA), Filipina telah memberikan akses kepada pasukan AS ke lima pangkalan di wilayahnya.
Kesepakatan tersebut lantas diperluas menjadi sembilan pangkalan militer yang saat ini dapat diakses oleh tentara AS yang berada di Filipina.
Keempat lokasi baru ini telah dinilai oleh pasukan militer Filipina dan dianggap cocok serta dapat saling menguntungkan kedua negara yang telah lama bersekutu ini.