Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PM China Sebut Asia Harus Hindari Konflik atau Masa Depan Kawasan akan Hilang

PM China mengatakan Asia harus menghindari konflik atau masa depan kawasan akan hilang.
Perdana Menteri China Li Qiang berbicara pada konferensi pers setelah sesi penutupan Kongres Rakyat Nasional (NPC), di Aula Besar Rakyat, di Beijing, 13 Maret 2023./Reuters
Perdana Menteri China Li Qiang berbicara pada konferensi pers setelah sesi penutupan Kongres Rakyat Nasional (NPC), di Aula Besar Rakyat, di Beijing, 13 Maret 2023./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA- Perdana Menteri China Li Qiang mengatakan bahwa Asia harus menghindari kekacauan dan konflik atau masa depan kawasan akan hilang.

Dia berbicara kepada audiensi internasional para pemimpin politik dan bisnis, dalam Forum tahunan Boao untuk Asia di Pulau Hainan, China, pada Kamis (30/3/2023).

Li mengatakan bahwa China dapat menjadi jangkar bagi perdamaian dunia dan stabilitas, serta akan terus melakukan reformasi dan keterbukaan, seperti dilansir dari Aljazeera, pada Kamis (30/3/2023).

“Di dunia yang tidak pasti ini, kepastian yang ditawarkan China adalah jangkar bagi perdamaian dan pembangunan dunia. Ini adalah kasus di masa lalu dan akan tetap demikian di masa depan,” katanya.

Ada sekitar 70 pemimpin bisnis top dunia termasuk Tim Cook dari Apple, Noel Quinn dari HSBC, dan pendiri Blackstone Stephen Schwarzman yang menghadiri forum tersebut, yang hadir saat China menghadapi persaingan sengit dengan AS.

Li menyatakan bahwa China berada dalam pemulihan setelah berakhirnya kebijakan nol Covid yang tiba-tiba dihapus oleh pemerintah pada Desember lalu menyusul, protes massal yang jarang terjadi. 

“China akan terus mencari kemajuan sambil menjaga stabilitas, mengkonsolidasikan dan memperluas momentum pemulihan ekonomi serta mendorong peningkatan kinerja ekonomi China secara keseluruhan," lanjutnya.

Li merupakan orang kepercayaan dekat Presiden China Xi Jinping yang diangkat sebagai pejabat nomor dua pada awal bulan ini. Dia mengatakan China akan tetap berkomitmen untuk mereformasi dan membuka diri terlepas dari situasi global yang berkembang.

Dia juga mengatakan China menentang proteksionisme perdagangan dan upaya terselubung AS untuk membatasi pembangunan China di bidang-bidang utama, seperti teknologi melalui penggunaan sanksi dan tindakan lainnya.

Terlepas dari upaya Li untuk meyakinkan investor, ekonomi China menghadapi banyak tantangan, termasuk pertumbuhan global yang melambat, tingkat kelahiran yang rendah, krisis real estat, dan tekanan balik yang meningkat dari AS dan sekutunya.

Kepala ekonom untuk Asia-Pasifik di Natixis Alicia Garcia-Herrero mengatakan bahwa dia tidak memiliki data yang baik untuk menunjukkan negara yang membuka diri sehingga timbul kekhawatiran untuk China.

“Kami tidak memiliki data yang baik untuk menunjukkan negara yang telah terbuka secara besar-besaran dan ini adalah kekhawatiran saya untuk China,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Erta Darwati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper