Bisnis.com, JAKARTA - Uji terbang kedua dari prototipe rudal hipersonik Lockheed Martin Corp. Amerika Serikat (AS) gagal karena senjata tidak mengirimkan data kinerja saat penerbangan. Hal ini membuat AS makin tertinggal dari China dan Rusia.
Melansir Bloomberg, Rabu (29/3/2023), hak tersebut disampaikan oleh dua orang yang mengetahui kegagalan itu, dan menyebutnya sebagai kemunduran bagi upaya Amerika Serikat (AS) untuk mengejar ketertinggalan dari China dan Rusia dalam kemampuan senjata utama.
Kegagalan transmisi dan hilangnya data dalam latihan 13 Maret lalu tidak dilaporkan dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh Angkatan Udara AS pada 24 Maret 2023.
Pernyataan yang dikeluarkan hanya menyebut tes tersebut “memenuhi beberapa tujuan dan tim insinyur dan penguji sedang mengumpulkan data untuk analisis lebih lanjut.”
Setelah dilepaskan dari pembom B-52H di lepas pantai Selatan California, hulu ledak berhasil dipisahkan dari pendorong roketnya dan mulai terbang. Namun, setelah itu, tautan data yang mentransmisikan informasi kinerja dalam penerbangan gagal, kata orang-orang yang meminta untuk tidak disebutkan namanya saat membahas informasi non-publik.
Data telemetri dari jenis yang hilang sangat penting untuk membantu Pentagon memahami karakteristik penerbangan senjata tersebut.
Baca Juga
Tim penerbangan telah memulai analisis kegagalan, kata orang-orang tersebut.
Pertanyaan kuncinya adalah, apakah kegagalan itu disebabkan oleh tautan data yang salah atau akibat cacat pada hulu ledak glider.
Tes itu penting karena ini adalah yang kedua dari empat yang direncanakan untuk prototipe rudal hipersonik operasional, yang dikenal sebagai Air-Launched Rapid Response Weapon, atau ARRW. Ini adalah program hipersonik teratas untuk bersaing dengan program Rusia dan China yang telah sukses.
Rencananya, jika empat penerbangan rudal prototipe berhasil, maka akan memberi keyakinan bahwa senjata tersebut memiliki kemampuan operasional awal, dan berlanjut ke produksi. Tes pertama dari "All-up Round" adalah pada bulan Desember. Tes ini terbilang sukses.
Angkatan Udara AS menunda memberi komentar. Departemen Pertahanan AS mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa "karakterisasi tes ini sebagai kegagalan tidak akurat."
“Semua tes perkembangan adalah kesempatan untuk belajar tentang pengoperasian sistem secara mendetail. Kami masih menilai data yang diperoleh dari tes terbaru untuk memahami pelajaran yang dipetik untuk kematangan perkembangan lebih lanjut.”
“Karena keamanan operasional, kami tidak akan mengomentari pengamatan terperinci dari tes tersebut,” tambah Pentagon dalam pernyataan tersebut.
Namun, Sekretaris Angkatan Udara Frank Kendall mengakui kepada anggota subkomite alokasi Pertahanan DPR bahwa tes tersebut "tidak berhasil" karena "tidak mendapatkan data yang kami butuhkan".
“Saat ini sedang memeriksa itu, mencoba memahami apa yang terjadi," katanya.