Bisnis.com, JAKARTA - Sekretaris Pers Pentagon Amerika Serikat (AS) Patrick Ryder mengakui bahwa kendaraan udara tak berawak (drone) MQ-9 yang dicegat oleh jet tempur Rusia di atas Laut Hitam, sedang dalam misi ISR (intelijen, pengawasan dan pengintaian).
Dia menekankan bahwa drone itu sedang melakukan misi ISR pada saat kejadian di atas Laut Hitam sebelum akhirnya jatuh.
"Pejabat DOD (Departemen Pewrtahanan) belum berbicara secara khusus kepada otoritas Rusia mengenai insiden khusus ini. Saya tahu bahwa Departemen Luar Negeri menyampaikan keprihatinan kami tentang insiden tersebut secara langsung kepada pemerintah Rusia," katanya.
Saat ditanyai perihal drone itu tidak bersenjata, Ryder menjelaskan bahwa tidak akan membahas spesifikasi drone tersebut, tetapi memang drone itu memiliki kemampuan untuk dipersenjatai.
"Saya tidak akan masuk ke profil spesifik pesawat khusus ini karena Anda tahu MQ-9 memang memiliki kemampuan untuk dipersenjatai," lanjutnya, seperti dilansir dari TASS, Rabu (15/3/2023).
Kementerian Pertahanan Rusia sebelumnya mengatakan bahwa sistem kontrol wilayah udara Rusia telah mendeteksi kendaraan udara tak berawak (drone) MQ-9 AS, terbang di atas Laut Hitam dekat Semenanjung Krimea menuju perbatasan negara Federasi Rusia, pada Selasa (14/3/2023).
Baca Juga
Drone itu terbang melanggar batas wilayah udara sementara yang ditetapkan untuk operasi militer khusus.
Akibat dari bermanuver cepat, drone itu melakukan penerbangan tanpa kendali sehingga kehilangan ketinggian dan bertabrakan dengan permukaan air di Laut Hitam.
Sementara itu, MQ-9 Reaper ialah kendaraan udara tak berawak (drone) pengintai dan serang modular yang dikembangkan oleh General Atomics Aeronautical Systems.
Drone itu dilengkapi dengan mesin turboprop dan dapat memiliki kecepatan lebih dari 400 kilometer per jam.
Durasi penerbangan drone itu maksimal 24 jam. Drone MQ-9 ini mampu membawa rudal udara-ke-permukaan dan udara-ke-udara, serta bom berpemandu laser.