Bisnis.com, JAKARTA - Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat (AS) Anatoly Antonov menuding drone AS berupaya mengintai dan mengumpulkan data untuk digunakan oleh pasukan Ukraina menyerang Rusia.
Antonov mengatakan hal itu dalam komunike terkait jatuhnya drone MQ-9 Reaper AS di Laut Hitam pada Selasa (14/3/2023).
"Tindakan yang tidak dapat diterima dari militer Amerika Serikat di dekat perbatasan kami yang memprihatinkan. Kami sangat menyadari misi pengintaian dan drone penyerang yang digunakan," katanya, seperti dilansir dari TASS, Rabu (15/3/2023).
Diplomat Rusia itu mengutip Koordinator Dewan Keamanan Nasional AS untuk Komunikasi Strategis John Kirby yang mengatakan bahwa drone AS melakukan penerbangan lintas semacam ini setiap hari.
"Apa yang mereka lakukan ribuan mil jauhnya dari Amerika Serikat? Jawabannya jelas mereka mengumpulkan intelijen yang kemudian digunakan oleh rezim Kyiv untuk menyerang angkatan bersenjata dan wilayah kami," lanjutnya.
Menurutnya, jika itu drone Rusia yang muncul di atas New York, dia cukup yakin bahwa AS akan bertindak tanpa kompromi sedikitpun.
Baca Juga
“Mari kita ajukan pertanyaan retoris: jika, misalnya, drone serang Rusia muncul di dekat New York atau San Francisco, bagaimana reaksi Angkatan Udara dan Angkatan Laut AS? Saya cukup yakin bahwa militer AS akan bertindak tanpa kompromi dan tidak akan membiarkan wilayah udara atau perairan teritorialnya dilanggar," lanjutnya.
Dia menyatakan bahwa AS kemudian akan berhenti melakukan serangan mendadak di dekat perbatasan Rusia, dan penggunaan senjata militer Amerika apapun akan dianggap sebagai tindakan bermusuhan secara terbuka.
"Kami melanjutkan dari fakta bahwa Amerika Serikat akan menahan diri dari spekulasi lebih lanjut di lanskap media dan berhenti melakukan serangan mendadak di dekat perbatasan Rusia. Kami menganggap tindakan apapun yang melibatkan penggunaan senjata dan peralatan militer Amerika sebagai tindakan bermusuhan secara terbuka," tambahnya.
Antonov mengingatkan bahwa Washington AS telah memasok senjata ke Kyiv Ukraina senilai $33 miliar atau setara Rp507,3 triliun.
"Pikirkan saja angka ini! Sangat jelas bahwa Amerika Serikat yang memimpin situasi ke eskalasi yang disengaja penuh dengan konflik bersenjata langsung. Kami percaya bahwa jalur komunikasi harus tetap terbuka. Rusia tidak mencari konfrontasi dan mendukung kerja sama pragmatis untuk kepentingan rakyat negara kami,” kata diplomat Rusia itu.
Sebelumnya, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa sistem kontrol wilayah udara Rusia telah mendeteksi kendaraan udara tak berawak (drone) MQ-9 AS, terbang di atas Laut Hitam dekat Semenanjung Krimea menuju perbatasan negara Federasi Rusia, pada Selasa (14/3/2023).
Drone terbang melanggar batas wilayah udara sementara yang ditetapkan untuk operasi militer khusus, yang dikomunikasikan ke semua pengguna wilayah udara internasional, dan yang diterbitkan sesuai dengan standar internasional.
Kementerian itu menambahkan bahwa sebagai akibat dari manuver cepat, drone itu melakukan penerbangan tanpa kendali sehingga kehilangan ketinggian dan bertabrakan dengan permukaan air.
MQ-9 Reaper adalah kendaraan udara tak berawak (drone) pengintai dan serang modular yang dikembangkan oleh General Atomics Aeronautical Systems, yang dilengkapi dengan mesin turboprop dan dapat memiliki kecepatan lebih dari 400 kilometer per jam.
Durasi penerbangan drone tersebut maksimal adalah 24 jam. Drone ini mampu membawa rudal udara-ke-permukaan dan udara-ke-udara, serta bom berpemandu laser.