Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Rusia Vladimir Putih akan menyampaikan pidato kenegaraannya di Majelis Federal pada 21 Februari 2023 atau tiga hari sebelum peringatan satu tahun invasi Rusia ke Ukraina.
Ini akan menjadi pidato pertama Putin sejak Rusia memulai serangannya di Ukraina pada Februari tahun lalu.
Juru Bicara Kepresidenan Rusia Dmitry Peskov menuturka, bahwa pidato kenegaraan Putin kali ini akan difokuskan pada bagaimana situasi perang yang kini tengah terjadi antara Rusia dan Ukraina.
Peskov pun menegaskan, Putin dikabarkan hanya akan membicarakan topik yang berkaitan dengan operasi militer khusus. Belum ada informasi apakah Kepala Negara itu akan menanggapi berbagai kecaman yang diterima negeri beruang putih itu di Konferensi Keamanan Munich (MSC).
"Operasi militer memengaruhi seluruh hidup kita dengan satu atau cara lain. Jadi kita harus mengantisipasi presiden untuk memberikan perhatian khusus padanya," terangnya dikutip dari TASS, Senin (20/2/2023).
Kendati demikian, sejumlah ahli memperkirakan bahwa Putin tetap tidak akan membahas soal kebijakan penting yang akan diambil Rusia pada peringatan satu tahun invasi mereka ke Ukraina. Pasalnya, Rusia dinilai belum cukup pantas untuk bisa mendeklarasikan kemenangan pada 24 Februari mendatang.
Baca Juga
"Kemungkinan besar dia menjadikan pidato ini untuk merayakan kemenangan besar Rusia, namun dia tidak dapat melakukannya karena kurangnya kemenangan dan meningkatnya kritik terhadap manajemen perang Kremlin," ujar Institute for the Study of War seperti dikutip dari Kyiv Independent, Senin (20/2/2023).
Seperti diketahui, Rusia resmi meluncurkan serangan pertamanya ke Ukraina pada 24 Februari 2023.
Kondisi antar-kedua negara itu kian memanas saat Rusia mengetahui rencana Ukraina yang akan bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Bergabungnya Ukraina dengan NATO dinilai Rusia dapat mengancam eksistensi mereka.
Hingga hampir satu tahun berselang, belum ada titik terang perdamaian antara Rusia dengan Ukraina, meski Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah meminta PBB untuk mengadakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perdamaian untuk membahas konflik negaranya dengan Rusia.
Kini, akibat invasi yang dilakukan Rusia, Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) telah mencatat sebanyak 7.199 korban tewas dan 11.756 korban luka-luka di negara tersebut hingga 13 Februari 2023.