Bisnis.com, JAKARTA – Hubungan China dan Amerika Serikat (AS) kian memanas. Dua negara itu terkunci dalam pergumulan mengenai objek yang diduga balon mata-mata China memasuki wilayah AS pada awal Februari 2023.
Adapun, gesekan diplomatik semakin menguat usai China menyebut, bahwa balon udara AS telah terlebih dahulu terbang di atas langit China. Pemerintah China mengklaim, ada lebih dari 10 balon udara yang diterbangkan tanpa izin sejak Mei 2022.
"Tanpa persetujuan otoritas China yang relevan, pesawat itu terbang secara ilegal setidaknya 10 kali di atas wilayah udara China, termasuk Xinjian, Tibet, dan provinsi lain," terang Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin dalam pengarahan harian rutin pada Rabu (15/2/2023).
Wang mengatakan, pihaknya secara tegas membantah bahwa balon udara yang melintas di langit AS adalah mata-mata. China mengklaim bahwa balon yang ditembak oleh militer AS itu hanyalah kapal penelitian sipil yang secara keliru diterbangkan.
Menurutnya, AS dinilai telah menyalahgunakan kekuatanya ketika negara adidaya itu memutuskan untuk menambah enam etintas China yang terkait dengan dugaan program balon mata-mata itu ke daftar hitam ekspor.
"AS telah menyalahgunakan kekuatan, bereaksi berlebihan, meningkatkan situasi, dan menggunakan ini sebagai dalih untuk memberikan sanksi ilegal kepada perusahaan dan institusi China," jelasnya.
Baca Juga
"China dengan tegas menentang ini dan akan mengambil tindakan balasan terhadap entitas AS yang relevan yang telah merusak kedaulatan dan keamanan China sesuai dengan hukum," sambung Wang.
Perbaiki Hubungan
Persoalan tersebut membuat kedua negara mau tak mau menunda keinginan untuk memperbaiki hubungan yang sebelumnya rusak. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken harus menunda rencana perjalanannya ke Beijing karena sengketa balon udara tersebut.
Namun, Presiden AS Joe Biden menegaskan bahwa pihaknya akan terus berupaya untuk memperbaiki hubungan dengan pemerintah China. Dia ingin dapat segera bertemu dengan Presiden Xi Jinping.
"Saya berharap untuk berbicara dengan Presiden Xi dan saya harap kita akan menyelesaikan ini," ujarnya dalam sambutannya di Gedung Putih dikutip dari Bloomberg, Jumat (17/2/2023).
Diketahui bahwa, Biden juga kerap kali memanfaatkan hubungan pribadinya dengan Xi untuk menjaga agar perselisihan antar kedua negara dapat diredam.
Sebelumnya, kedua kepala negeri ini pun sempat berbicara melalui panggilan telepon beberapa hari sebelum kunjungan Ketua DPR Nancy Pelosi ke Taiwan pada Agustus 2022. Adapun, pertemuan tatap muka pertama mereka terjadi pada November tahun lalu, ketika Biden dan Xi hadir dalam agenda KTT G20 di Bali, Indonesia.