Bisnis.com, SOLO - Gempa berkekuatan 7,7 yang melanda Turki dan Suriah berlangsung pada Selasa (7/2/2023) sore waktu setempat. Akibatnya ribuan orang menjadi korban, hingga hancurnya setengah bangunan kota.
Peristiwa tersebut kemudian menimbulkan banyak teori dari masyarakat yang mengaku melihat sejumlah tanda. Beberapa di antaranya yakni kilat dan gumpalan awan aneh tepat sebelum gempa terjadi.
Sebuah klaim kemudian muncul bahwa gempa tersebut disebabkan olehHigh Frequency Active Auroral Research Program (HAARP) yang dikirimkan oleh negara barat.
HAARP merupakan sebuah penelitian atau riset tentang ionosfer yang didukung oleh militer Amerika Serikat dan Universitas Alaska.
Tujuan riset ini adalah untuk mempelajari dinamika ionosfer dan menggali potensi untuk mengembangkan teknologi komunikasi radio dan pemantauan.
Salah satu perangkat terpenting dari riset ini adalah Ionospheric Research Instrument atau IRI yang terletak di Alaska. Perangkat ini terdiri dari 180 antena radio yang bisa mentransmisikan gelombang radio frekuensi tinggi ke atmosfer.
Baca Juga
Dari sini, paparan gelombang berfrekuensi tinggi hadir menyebabkan badai Matahari yang memicu aurora karenanya eksperimen ini disebut aurora buatan, tetapi dengan skala lebih kecil.
Selain itu, muncul klaim adanya kilat di langit Turki terjadi karena HAARP ini.
Seorang pengguna Twitter mengklaim sambaran petir sebelum gempa bumi "selalu terjadi dalam operasi [HAARP]" dengan mengatakan gempa bumi "terlihat seperti operasi penghukuman oleh NATO atau AS."
Penjelasan BMKG