Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan pada Minggu (29/1/2023) mengatakan bahwa Turki dapat mempertimbangkan Finlandia untuk masuk keanggotaan NATO, daripada Swedia.
Pihaknya mengatakan dapat mengirim pesan berbeda ke Finlandia asal tidak mengulangi kesalahan yang sama seperti yang dilakukan Swedia.
“Jika perlu, kami dapat mengirim pesan berbeda ke Finlandia jika tidak mengulangi kesalahan yang sama (seperti Swedia dengan penodaan Al-Qur'an),” katanya.
Erdogan menekankan jika tawaran ke Finlandia itu terjadi, maka pihak Swedia pasti akan sangat terkejut dengan kabar itu.
"Swedia akan terkejut ketika itu terjadi," lanjutnya, seperti dilansir dari TASS, Senin (30/1/2023).
Presiden Turki memperingatkan Finlandia terhadap langkah salah yang sama, yang telah memicu skandal dalam hubungan antara Turki dan Swedia.
Baca Juga
"Kami menjelaskan kepada perdana menteri Swedia (apa yang harus dilakukan), kami mengatakan bahwa mereka harus mengekstradisi teroris kepada kami untuk diterima di NATO," tambahnya.
Lebih lanjut, Erdogan menekankan kepada pihak Swedia untuk tidak menganggap remeh keputusan Turki tersebut.
"Kami menyerahkan daftar 120 nama. Jika Anda tidak melakukannya, jangan anggap remeh," ujar Erdogan.
Pada 21 Januari lalu, pemimpin partai sayap kanan Rasmus Paludan secara terbuka membakar salinan Al-Qur'an di depan kedutaan Turki di Stockholm, Swedia.
Dia mengkritik Presiden Recep Tayyip Erdogan dan menampilkan kartun Nabi Muhammad saat protes berlangsung.
Setelah itu, Erdogan mengatakan bahwa Swedia seharusnya tidak mengharapkan dukungan dari Turki untuk tawaran keanggotaan NATO, menyusul demonstrasi anti-Turki di Stockholm tersebut.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu dan Menteri Pertahanan, Hulusi Akar juga telah membuat pernyataan serupa.
Menyusul insiden tersebut, proses pertimbangan tawaran Swedia untuk keanggotaan NATO telah ditangguhkan. Persetujuan parlemen Turki diperlukan untuk penerimaan kedua negara ke NATO.