Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengecam rencana Swedia bergabung dengan NATO akibat insiden pembakaran Al-Qur'an saat protes berlangsung di depan kedutaan Turki.
Dilansir dari Aljazeera pada Selasa (24/1/2023), Erdogan memperingatkan Swedia agar tidak mengharapkan dukungan dari Turki untuk bisa bergabung menjadi keanggotaan NATO.
“Mereka yang mengizinkan penistaan agama seperti itu di depan kedutaan kami (di Stockholm) tidak dapat lagi mengharapkan dukungan kami untuk keanggotaan NATO mereka,” kata Erdogan pada Senin (23/1/2023),
Turki dan Hungaria menjadi negara anggota NATO yang tidak meratifikasi keputusan bersejarah negara-negara tetangga dalam mematahkan tradisi militer invasi Rusia ke Ukraina.
Sementara itu, Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban berjanji bahwa parlemennya akan menyetujui dua pengajuan di bulan depan.
“Jika Anda tidak menghormati keyakinan agama Republik Turkiye atau Muslim, Anda tidak akan menerima dukungan apapun untuk (keanggotaan) NATO dari kami,” lanjut Erdogan tegas.
Baca Juga
Meski begitu, Swedia tetap berupaya untuk mengomentari pernyataan Erdogan tersebut dengan sangat hati-hati.
Menteri Luar Negeri Swedia Tobias Billstrom mengatakan kepada media Swedia bahwa pihaknya ingin memahami terlebih dahulu terkait pernyataan Erdogan.
“Saya tidak bisa mengomentari pernyataan malam ini. Pertama, saya ingin memahami dengan tepat apa yang dikatakan,” katanya.
Sebelumnya, diberitakan Rasmus Paludan, seorang politikus dari partai sayap kanan Stram Kurs (garis keras) Denmark, membakar Al-Qur'an saat aksi protes pada Sabtu (21/1/2023) sore di luar kedutaan Turki di Stockholm, Swedia.
Aksi tersebut sebagai bentuk protes terhadap posisi negara Turki dalam sejumlah isu terkait agenda internasional.