Bisnis.com, JAKARTA - Saudara perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un yang berkuasa menggambarkan presiden dan pemerintah Korea Selatan sebagai "idiot" dan "anjing setia" Amerika Serikat (AS).
Kim Yo-jong yang memantau Seoul sepekan ini, sedang mempertimbangkan sanksi sepihak baru terhadap Korea Utara atas uji coba rudal baru-baru ini, termasuk peluncuran rudal balistik antarbenua minggu lalu.
"Tindakan menjijikan ini menunjukkan lebih jelas bahwa kelompok Korea Selatan adalah 'anjing setia' dan kaki tangan AS," kata Kim dalam pernyataan yang disiarkan Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) seperti dilansir Channel News Asia, Jumat (25/11/2022).
"Saya bertanya-tanya 'sanksi' apa yang dijatuhkan oleh kelompok Korea Selatan, tidak lebih dari seekor anjing liar yang berlari di atas tulang yang diberikan oleh AS, dengan lancang dikenakan pada DPRK," katanya, menggunakan akronim nama resmi Korea Utara.
"Pemandangan yang luar biasa!"
Pyongyang selalu menyebut Korea Selatan dengan huruf kecil "s", pertanda tidak hormat.
Baca Juga
Kim menuduh Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol menciptakan "situasi berbahaya" dan membandingkannya dengan pendahulunya Moon Jae-in, dan mengatakan Seoul "belum menjadi target kami".
"Saya bertanya-tanya mengapa orang Korea Selatan masih menjadi penonton pasif terhadap tindakan 'pemerintah' Yoon Suk-yeol dan orang bodoh lainnya," katanya.
Korea Utara cenderung mengeluarkan pernyataan sebelum melakukan provokasi, Profesor Yang Moo-jin dari Universitas Studi Korea Utara di Seoul, menambahkan: "Mungkin akan ada demonstrasi bersenjata melawan Korea Selatan dan Amerika Serikat segera."
Peluncuran ICBM pada pekan lalu adalah yang terbaru dalam pemecahan rekor peluncuran Pyongyang baru-baru ini, dan para pejabat serta analis di Seoul dan Washington telah memperingatkan bahwa mereka dapat mencapai puncaknya dalam uji coba nuklir ketujuh.
Korea Utara memiliki sejarah panjang serangan pribadi penuh warna terhadap para pemimpin asing, dan analis sering mencatat kegagalan negara untuk menggunakan "bahasa diplomatik".
"Pada dasarnya, mereka tidak dapat berbicara dengan baik tentang negara yang mereka anggap musuh," kata Go Myong-hyun, seorang peneliti di Asan Institute for Policy Studies.
Sebelum Presiden AS Joe Biden dinominasikan sebagai kandidat, Pyongyang memanggilnya "anjing gila" yang "harus dipukuli sampai mati dengan tongkat" dan menyebut pendahulunya Donald Trump sebagai "orang bodoh AS yang gila mental".