Bisnis.com, JAKARTA - Perdana Menteri (PM) Armenia, Nikol Pashinyan pada Rabu (23/11/2022) mengeluhkan kurangnya bantuan dari aliansi keamanan CSTO, termasuk Rusia, untuk menghadapi agresi dari Azerbaijan.
Pashinyan mengungkapkan hal itu dalam pidato pembukaan KTT pada pertemuan yang disaksikan oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin, pada Rabu (23/11/2022) di Armenia.
Rusia adalah pemain dominan di CSTO dan telah lama menjadi kekuatan utama di Kaukasus Selatan. Wilayah ini berbatasan dengan Turki dan Iran, tempat di mana Armenia dan Azerbaijan terlibat dalam dua perang besar sejak runtuhnya Uni Soviet pada 1991.
Namun demikian, situasi perang selama 9 bulan di Ukraina berisiko mengurangi pengaruh Rusia di beberapa bagian bekas Uni Soviet.
Adapun pertempuran antara Armenia dan Azerbaijan telah berkobar pada bulan September lalu. Kedua belah pihak mengatakan lebih dari 200 tentara tewas.
"Sangat menyedihkan bahwa keanggotaan Armenia di CSTO tidak menghalangi Azerbaijan melakukan tindakan agresif," kata Pashinyan dalam pertemuan di ibu kota Armenia, Yerevan.
Baca Juga
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa hingga saat ini belum tercapainya keputusan terkait tanggapan CSTO soal agresi Azerbaijan terhadap Armenia, seperti dilansir dari CNA, Kamis (24/11/2022).
“Sampai hari ini kami belum berhasil mencapai keputusan tentang tanggapan CSTO terhadap agresi Azerbaijan terhadap Armenia. Fakta-fakta ini sangat merusak citra CSTO baik di dalam maupun di luar perbatasan negara kami, dan saya menganggap ini kegagalan utama kepemimpinan Armenia di CSTO," lanjutnya.
Armenia telah meminta bantuan dari organisasi tersebut pada September lalu, tetapi hanya menerima janji untuk mengirimkan pengamat.
Pashinyan membandingkannya dengan keputusan cepat aliansi pada Januari untuk mengirim pasukan ke anggota CSTO Kazakhstan untuk membantu Presiden Kassym-Jomart Tokayev selamat dari gelombang kerusuhan.
Armenia dan Azerbaijan saling berebut wilayah. Perselisihan terburuk terjadi sejak 2020, lebih dari 6.000 orang tewas dalam perang 44 hari di mana Azerbaijan menang atas wilayah teritorial.
Kedua negara itu telah berselisih selama beberapa dekade atas Nagorno-Karabakh, daerah yang diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan tetapi sebagian besar dikendalikan oleh mayoritas penduduk etnis Armenia, dengan dukungan dari Yerevan.
Putin dalam sambutannya mengakui beberapa masalah tidak ditentukan oleh keputusan CSTO, dan mengatakan lebih banyak upaya diperlukan untuk mewujudkan perdamaian antara Azerbaijan dan Armenia.
"Itu hanya mungkin jika mereka dapat menerapkan kesepakatan untuk menentukan perbatasan mereka, membuka blokir jalur transportasi dan komunikasi dan menyelesaikan masalah kemanusiaan," kata Putin.
Usai pertemuan itu, juru bicara (jubir) Rusia, Kremlin Dmitry Peskov mengatakan bahwa Rusia terus memainkan peran penting dalam upaya tersebut.
"Tidak ada yang mencoba menyematkan penandatanganan perjanjian yang begitu rumit pada tanggal tertentu. Yang utama adalah itu ditandatangani dan itu menjadi dokumen yang stabil dan layak," kata Dmitry Peskov.
Rusia mengirim hampir 2.000 pasukan penjaga perdamaian atas kesepakatan gencatan senjata tahun 2020.
Akan tetapi, sejauh ini upaya tersebut belum dapat menyelesaikan masalah yang belum terselesaikan, termasuk status hukum Nagorno-Karabakh dan etnis Armenia yang tinggal di sana.
Azerbaijan mendapat dukungan dari Turki dan bukan anggota CSTO, yang terdiri dari Belarusia, Kazakstan, Kyrgyzstan dan Tajikistan serta Rusia dan Armenia.