Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Putin akan Fasilitasi Pertemuan Pemimpin Armenia dan Azerbaijan

Pertemuan presiden Azerbaijan dan perdana menteri Armenia ini merupakan yang pertama kali setelah perang sengit selama 44 hari. Presiden Rusia Vladimir Putin pun bakal hadir.
Presiden Rusia Vladimir Putin memasuki aula untuk bertemu dengan kandidat yang berpartisipasi dalam pemilihan presiden sesi terakhir, di Kremlin di Moskow./Reuters
Presiden Rusia Vladimir Putin memasuki aula untuk bertemu dengan kandidat yang berpartisipasi dalam pemilihan presiden sesi terakhir, di Kremlin di Moskow./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan dan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev bakal melakukan pertemuan di Moskow pada Senin (11/1/2021). Pertemuan ini adalah yang pertama kali setelah perang sengit selama 44 hari.

Dilansir Bloomberg, Minggu (10/1/2021), Presiden Rusia Vladimir Putin yang memprakarsai pertemuan tersebut dan disebut bakal turut hadir.

Pertemuan tersebut bakal fokus membantu penduduk di zona perang dan membuka blokir hubungan ekonomi dan transportasi antar negara, kata Kremlin dalam sebuah pernyataan Minggu.

Lebih dari 5.500 tentara dari dua negara pecahan Uni Soviet tersebut tewas dalam peperangan yang memperebutkan teritori yang dipersengketakan Nagorno-Karabakh.

Namun, Rusia menengahi dengan gencatan senjata pada 10 November. Armenia menarik diri dari beberapa wilayah Azerbaijan yang diduduki selama hampir tiga dekade dengan pengawasan pasukan penjaga perdamaian Rusia.

Seperti diberitakan sebelumnya, Nagarno - Karabakh merupakan wilayah yang berada di Azerbaijan, tetapi mayoritas penghuninya merupakan etnis Armenia.

Tetangga Kaukasia ini telah terkunci dalam sengketa wilayah sejak Armenia mengambil kendali atas wilayah Nagorno-Karabakh dan beberapa distrik di sekitarnya dari Azerbaijan setelah runtuhnya Uni Soviet.

Mereka melakukan perang berdarah pada 1992-1994 dan bentrok singkat pada 2016. Pertempuran dilanjutkan pada Juli 2020, dan perang lain sekarang muncul.

Rusia memiliki kekuasaan lebih kuat daripada Amerika Serikat dalam menengahi kedua pihak ini. Pada 1994, Moskow mendesak kedua negara untuk menerima gencatan senjata. Pada 2016, dari tekanan Rusia, kedua pihak dapat menghindari perselisihan di perbatasan.

Dalam urusan geopolitik, kedekatan dapat dihitung sebagai kekuatan. Rusia memiliki ikatan budaya dan politik yang jauh lebih dekat dengan bekas negara Soviet.

Selain itu, sebagai mitra dagang penting dan pemasok senjata utama bagi keduanya, Moskow memiliki kepentingan dan pengaruh untuk diterapkan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper