Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengadakan pertemuan singkat tanpa pemberitahuan dengan presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di sela-sela hari pertama KTT G20 di Bali, Selasa (15/11/2022).
Dilansir dari Bloomberg, media Turki memposting foto mereka bersama di Twitter, tetapi Gedung Putih tidak mengumumkan pertemuan tersebut sebelumnya. Selain itu, wartawan media AS yang menemani Biden ke G20 tidak diizinkan untuk meliputnya.
Erdogan secara berkala membuat frustrasi AS dan sekutu Turki lainnya di NATO karena telah membina hubungan dekat dengan Rusia, membeli sistem pertahanan udara Rusia atas keberatan NATO.
Erdogan baru-baru ini memblokir masuknya Swedia dan Finlandia sebagai anggota tidak tetap NATO karena kekhawatiran tentang dukungan AS dan Eropa untuk militan Kurdi yang dianggap Ankara sebagai teroris.
Biden tidak menanggapi pertanyaan mengenai pertemuan dengan Erdogan dalam acara berikutnya dengan Presiden Joko Widodo dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen.
Hubungan Turki dengan AS semakin tegang setelah pemboman di Istanbul pada Minggu. Erdogan menuduh kelompok Kurdi PKK sebagai dalang dari aksi yang menewaskan 6 orang ini.
Baca Juga
Pada hari Senin (15/11), Menteri Dalam Negeri Turki Suleyman Soylu mengatakan bahwa pesan belasungkawa dari AS atas pemboman itu harus dilihat sebagai "pembunuh yang kembali ke TKP."
AS telah menetapkan PKK sebagai organisasi teroris, dan mempertahankan kemitraan dengan kelompok YPG Kurdi di Suriah bahkan ketika Turki menuduh bahwa kelompok-kelompok itu berafiliasi erat.
“Presiden Biden menyatakan belasungkawa yang mendalam kepada Presiden Erdogan dan rakyat Turki atas tindakan kekerasan di Istanbul dan menjelaskan bahwa kami mendukung NATO,” kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan setelah pertemuan.
Biden memberikan apresiasi kepada Erdogan atas pekerjaannya menengahi kesepakatan untuk melanjutkan pengiriman biji-bijian dari Ukraina atau Black Sea Grain initiative, meskipun ada invasi Rusia ke negara itu.
“Kedua pemimpin sepakat bahwa kesepakatan tersebut sangat penting untuk meningkatkan ketahanan pangan global di tengah perang Rusia dan bahwa inisiatif itu harus dilanjutkan,” ungkap Gedung Putih.