Bisnis.com, MEDAN – Tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan Indonesia. Penetapan tanggal ini sebagai hari pahlawan dipilih sebagai momentum pertempuran yang terjadi di Surabaya pada 10 November 1945. Meski demikian, tanggal ini kini dimaknai sebagai momentum refleksi bangsa untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan Indonesia.
Seperti halnya setiap daerah di Indonesia, Sumatra Utara juga memiliki sejumlah nama besar para pahlawan nasional yang turut berjuang membela bangsa. Tidak hanya berjuang secara langsung di medan perang, mereka juga berjuang lewat suara, pikiran, serta ide yang membawa perubahan besar bagi tanah air.
Para Pahlawan dari Sumatra ini terus hidup dalam benak bangsa lewat manifestasi dan dampaknya terhadap perubahan. Beberapa dikenang lewat penghargaan, pemberian nama jalan, hingga monumen. Hal ini semakin memberi arti akan makna perlawanan dan perjuangan yang mereka berikan.
Berikut ini 5 nama pahlawan Indonesia dari Sumatra Utara:
1. Sisingamangaradja XII
Raja Sisingamangaradja XII adalah seorang penguasa di daerah Tapanuli, Sumatra Utara pada akhir abad ke-19. Bernama lengkap Patuan Bosar sinambela dan bergelar Ompu Pulo Batu, ia adalah pahlawan yang wafat pada 17 Juni 1907 pada saat membela diri dalam pertempuran melawan pasukan Belanda.
Ia lahir pada tanggal 18 Februari 1845. Perjuangannya melawan Belanda adalah perjuangan menentang pemaksaan penyebaran ajaran agama Kristen kepada rakyat Batak. Hal ini disebabkan karena Sisingamangaradja khawatir tindakan ini akan mengikis tradisi dan kepercayaan animisme rakyat Batak.
Ia dimakamkan di Tarutung, Tapanuli Utara, lalu makamnya dipindahkan ke Soposurung, Balige, Toba pada 1953. Nama Sisingamangaradja kemudian diangkat oleh pemerintah Indonesia sebagai Pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 9 November 1961.
2. Dr. Ferdinand Lumban Tobing
Dr. Ferdinand Lumband Tobing merupakan orang batak kedua yang dinobatkan oleh pemerintah Indonesia sebagai Pahlawan Nasional Indonesia. Ia adalah seorang dokter yang punya peran besar dalam sejarah bangsa.
Lahir di Sibuluan, Tapanuli Tengah, Sumatra Utara pada 19 Februari 1899, ia punya andil besar dalam sejarah Tapanuli sebelum dan pasca kemerdekaan Indonesia. Pada awal revolusi, Dr. Ferdinand Lumban Tobing berperan aktif mempertahankan kemerdekaan.
Ia terlibat dalam mempelopori pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR) di Tapanuli. Pasca kemerdekaan, ia sempat mengisi beberapa posisi jabatan strategis di Indonesia, seperti Menteri Penerangan dan Menteri Kesehatan, Residen Tapanuli, hingga Gubernur Sumatra Utara.
Ia meninggal di Jakarta pada 7 Oktober 1962 pada usia 63 tahun dan dimakamkan di Desa Kolang, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.
Namanya diabadikan sebagai bandar udara di Pinangsori, Tapanuli Tengah dan diabadikan di sebuah Rumah Sakit Umum di Sibolga. Dia diangkat sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional pada 17 November 1962.
3. Letjen TNI (Purn.) Djamin Ginting
Djamin Ginting adalah seorang pejuang kemerdekaan yang bergerilya di zaman revolusi menentang pemerintahan Hindia Belanda. Lahir dan besar di Tanah Karo pada 12 Januari 1921, ia adalah seorang petinggi TNI yang berhasil menumpas pemberontakan Nainggolan di Medan pada April 1958.
Karir militernya terus menanjak sebagai panglima Bukit Barisan hingga menjadi perwira tinggi di Markas Besar TNI AD. Perjalanan karir militernya ditutup lewat kiprahnya di negeri orang sebagai duta besar Indonesia untuk Kanada.
Ia meninggal pada 23 Oktober 1974 di Kanada. Jenazahnya dibawa pulang ke Indonesia dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata.
Di kota Medan, namanya membentang jalan sepanjang 80 km mulai dari Padang Bulan, Medan, sampai ke Kabanjahe, ibukota Tanah Karo. Namanya diabadikan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 7 November 2014.
4. H. Adam Malik
H. Adam Malik Batubara adalah seorang mantan jurnalis dan politikus tanah air. Ia lahir di Pematang Siantar, 22 Juli 1917. Karier politiknya semakin menguat setelah dirinya berhasil menjabat sebagai wakil presiden ketiga Indonesia.
Sebelumnya, Adam Malik sempat menjabat sebagai Menteri Luar Negeri, Ketua Parlemen, dan Jurnalis. Ia bahkan terpilih sebagai orang Indonesia pertama yang menjadi Ketua Majelis Umum PBB ke-26. Ia juga menjadi salah satu pelopor terbentuknya ASEAN pada tahun 1967.
Pengabdiannya pada bangsa dan negaranya berakhir saat ia menghembuskan napas terakhirnya pada 5 September 1984. Jenazahnya dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Untuk mengenang perjuangannya, dibangun sebuah museum di Jalan Diponegoro No. 29 Jakarta.
Adam Malik ditetapkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 6 November 1998.
5. Putri Lopian
Nama Putri Lopian mungkin kurang familiar di telinga masyarakat Indonesia. Ia adalah sosok perempuan Sumatra Utara yang patut dijadikan pahlawan nasional dan dikenang perjuangannya. Namanya patut dikenang sebagai pahlawan wanita lokal yang mengharumkan nama Sumatra Utara.
Putri Lopian adalah putri dari Sisingamangaradja XII yang turut terlibat dalam insiden Perang Batak bersama ayahnya. Ia wafat saat tertembak peluru pasukan Belanda karena mengorbankan dirinya melindungi sang Ayah.
Lopian lahir di Pearaja Dairi desa Sionomhudon. Ia merupakan anak ketiga Sisingamangaradja dan satu-satunya anak perempuan.
Lopian dikisahkan adalah sosok putri yang setia hingga akhir mendampingi ayahnya dalam perjuangan bergelirya dan melakukan perlawanan. Selama 22 tahun Sisingamangaradja bergerilya bersama putrinya Lopian di tanah Batak menghadang pasukan Belanda.
Lopian bahkan berkontribusi dalam memberikan pembinaan pertanian maupun pendidikan yang menimbulkan kesetiaan dan dukungan rakyat Batak untuk berjuang melawan Belanda.
Dia gugur dalam usia 59 tahun. Namanya kini diabadikan sebagai taman yang mempercantik Kota Pangururan sepanjang ruas jalan.
Hingga kini, usulan agar Lopian dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional terus disuarakan. Banyak respon positif dari masyarakat dalam menyambut usulan tersebut.