Bisnis.com, JAKARTA - Mohammad Hatta adalah salah satu tokoh utama dikenal sebagai proklamator, ekonom, sekaligus negarawan. Ia mendampingi Sukarno ketika membacakan teks proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Dia kemudian menjabat sebagai Wakil Presiden pertama Republik Indonesia.
Gagasan Hatta ikut membentuk fondasi ekonomi dan demokrasi Indonesia hingga kini. Mempelajari biografi Mohammad Hatta penting untuk memahami semangat kebangsaan, kemandirian ekonomi, serta moralitas dalam politik yang menjadi warisan berharganya.
Biografi Mohammad Hatta
Mohammad Hatta lahir dari keluarga Minangkabau yang terpandang dan religius. Sejak kecil, ia dikenal cerdas, rajin membaca, dan menunjukkan ketertarikan besar pada urusan sosial-politik. Karakter pendiamnya tidak mengurangi keteguhan prinsip dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Profil Singkat
- Nama Lengkap: Mohammad Hatta
- Tempat, Tanggal Lahir: Bukittinggi, 12 Agustus 1902
- Wafat: Jakarta, 14 Maret 1980
- Pendidikan: Handels Hogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi), Rotterdam, Belanda
- Jabatan: Wakil Presiden pertama RI, Perdana Menteri
- Dikenal Sebagai: Proklamator, Bapak Koperasi Indonesia, Ekonom dan Politikus
Pendidikan Mohammad Hatta
Hatta mengenyam pendidikan dasar di Europeesche Lagere School (ELS) di Bukittinggi. Dia sejak kecil sudah dikenal sebagai anak yang cerdas dan rajin membaca, bahkan ia telah menggemari buku-buku ekonomi dan politik sejak usia dini.
Setelah menyelesaikan ELS, Hatta melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Padang. Di sini, Hatta mulai menunjukkan minat yang besar terhadap keadilan sosial dan nasionalisme, dipengaruhi oleh situasi kolonial di sekitarnya.
Setelah MULO, Hatta melanjutkan ke Handels School di Batavia (kini Jakarta), sebuah sekolah dagang tempat ia semakin tertarik dengan ilmu ekonomi. Salah satu tokoh yang mempengaruhi pemikirannya saat itu adalah Dr. Soetomo yang kerap dibicarakan dalam lingkungan pelajar.
Selain itu, ia terinspirasi oleh buku-buku karya Mahatma Gandhi dan tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan lainnya, yang membentuk pandangan awal Hatta tentang pentingnya kemerdekaan berbasis keadilan sosial dan moralitas. di Europeesche Lagere School (ELS) di Bukittinggi.
Hatta kemudian melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Padang dan ke Handels School di Batavia. Semangat belajarnya sangat tinggi, terutama dalam bidang ekonomi dan politik.
Pada 1921, Hatta berangkat ke Belanda untuk melanjutkan studi di Handels Hogeschool, Rotterdam. Di sana, ia tidak hanya belajar ekonomi secara akademis, tetapi juga mulai aktif dalam pergerakan politik mahasiswa Indonesia.
Studi dan Aktivisme di Belanda
Saat di Rotterdam, Hatta aktif dalam Perhimpunan Indonesia, organisasi mahasiswa yang menjadi wadah perjuangan kemerdekaan secara intelektual dan diplomatik. Ia menjabat sebagai ketua organisasi ini dan memodernisasi arah perjuangannya dari bersifat kultural menjadi politik.
Hatta juga menulis berbagai artikel tentang kemerdekaan, kolonialisme, dan ekonomi kerakyatan. Salah satu tulisan terkenalnya berjudul "Indonesia Vrij" (Indonesia Merdeka), yang menegaskan bahwa bangsa Indonesia harus mengatur nasibnya sendiri, tanpa dominasi kolonial.
Dalam pembelaannya di pengadilan Belanda setelah dituduh menyebarkan ide kemerdekaan, Hatta menyampaikan pidato pembelaan berjudul "Indonesië Vrij!" yang kemudian dikenal luas dan menjadi simbol keberanian intelektual mahasiswa Indonesia di luar negeri.
Pandangannya dituangkan dalam majalah Indonesia Merdeka yang diterbitkan di Belanda, menjadi jembatan pemikiran nasionalis antara perantauan dan tanah air. dalam Perhimpunan Indonesia, organisasi mahasiswa yang menjadi wadah perjuangan kemerdekaan secara intelektual dan diplomatik. Ia menjabat sebagai ketua organisasi ini dan memodernisasi arah perjuangannya dari bersifat kultural menjadi politik.
Hatta juga menulis berbagai artikel tentang kemerdekaan, kolonialisme, dan ekonomi kerakyatan. Ia percaya bahwa Indonesia merdeka harus dibangun atas dasar keadilan sosial dan ekonomi. Pandangannya dituangkan dalam majalah Indonesia Merdeka yang diterbitkan di Belanda.
Perjuangan Mohammad Hatta
Sekembalinya ke Indonesia, Hatta aktif menyebarkan ide-ide nasionalisme melalui tulisan dan ceramah yang menginspirasi banyak kalangan muda. Pada 1934, pemerintah kolonial Belanda menangkapnya karena dianggap membahayakan kekuasaan Hindia Belanda.
Ia diasingkan ke kamp tahanan Boven Digoel, Papua, yang terkenal dengan kondisi keras dan penuh penyakit. Meski dalam keterbatasan, Hatta tetap produktif secara intelektual dan mempertahankan semangat perjuangan.
Setelah beberapa waktu, ia dipindahkan ke Banda Neira, di mana ia ditahan bersama Sutan Sjahrir. Di tempat pengasingan ini, Hatta membentuk komunitas belajar, membaca literatur politik dan ekonomi, serta berdiskusi intensif mengenai masa depan Indonesia.
Ia juga menulis berbagai naskah dan surat politik yang kelak menjadi referensi penting dalam masa revolusi. Penahanan ini tidak memadamkan minatnya terhadap ilmu pengetahuan, melainkan menjadi ruang refleksi dan perumusan strategi kemerdekaan yang lebih matang.
Peran dalam Proklamasi dan Kabinet
Pada 17 Agustus 1945, Mohammad Hatta menandatangani teks proklamasi bersama Sukarno, menandai kemerdekaan Indonesia. Ia lalu menjabat sebagai Wakil Presiden pertama RI. Dalam sidang kabinet dan pemerintahan, Hatta dikenal sebagai sosok yang rasional, tenang, dan berorientasi pada kepentingan rakyat.
Hatta seringkali memiliki pandangan berbeda dengan Sukarno, terutama dalam hal sistem pemerintahan. Bila Soekarno lebih cenderung mendukung sistem presidensial yang kuat, Hatta mendorong demokrasi parlementer yang menurutnya lebih sesuai dengan karakter bangsa Indonesia yang majemuk.
Perbedaan ini mencuat dalam perdebatan internal kabinet, termasuk saat merancang Undang-Undang Dasar dan sistem kenegaraan.
Ia juga sempat menjabat sebagai Perdana Menteri dan turut membentuk berbagai kebijakan strategis dalam bidang ekonomi, pendidikan, dan hubungan luar negeri. Hatta menekankan pentingnya efisiensi pemerintahan dan penguatan institusi negara yang bebas dari kultus individu.
Gagasan Ekonomi dan Bapak Koperasi
Hatta dikenal luas sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Ia meyakini bahwa sistem koperasi adalah jalan menuju pemerataan ekonomi dan keadilan sosial, terutama dalam konteks Indonesia pascakemerdekaan yang masih menghadapi ketimpangan ekonomi dan dominasi modal asing.
Dalam banyak pidatonya, Hatta menyuarakan pentingnya ekonomi kerakyatan sebagai penyeimbang terhadap kapitalisme yang eksploitatif. Ia menulis buku Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun, yang menjadi rujukan penting dalam pengembangan koperasi nasional.
Salah satu dampak konkret dari pemikirannya adalah berdirinya koperasi-koperasi rakyat di berbagai daerah pada masa awal kemerdekaan, yang membantu menyediakan akses permodalan bagi petani, nelayan, dan pedagang kecil.
Hingga kini, prinsip koperasi yang digagas Hatta tetap dijadikan fondasi dalam kebijakan ekonomi mikro nasional, serta dijadikan acuan dalam pendidikan ekonomi di sekolah dan universitas. Semangat kemandirian dan keadilan ekonomi yang dibawanya masih menjadi nilai penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia modern.
Konflik Politik dan Pengunduran Diri
Pada akhir 1956, Mohammad Hatta mengundurkan diri dari jabatan Wakil Presiden karena perbedaan prinsip dan kekecewaannya terhadap praktik politik yang terjadi saat itu. Ia menolak kekuasaan yang terpusat dan menolak kultus individu dalam kepemimpinan.
Pengunduran dirinya menjadi tonggak penting dalam sejarah demokrasi Indonesia, sebagai bentuk keteladanan moral dalam berpolitik.
Akhir Hayat Mohammad Hatta
Mohammad Hatta wafat pada 14 Maret 1980 di Jakarta. Ia dimakamkan di Tanah Kusir dengan upacara kenegaraan. Sebagai penghormatan atas jasa-jasanya, pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Proklamator dan Pahlawan Nasional.
Namanya juga diabadikan sebagai nama bandara di Jakarta: Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Warisan dan Penghargaan Modern
Warisan Mohammad Hatta hidup dalam bentuk sistem koperasi, prinsip demokrasi konstitusional, serta pendidikan karakter kebangsaan. Banyak lembaga pendidikan dan penghargaan menggunakan namanya sebagai bentuk penghormatan terhadap dedikasi dan integritasnya.
Hingga kini, Hatta menjadi teladan bagi generasi muda dalam hal kecintaan terhadap ilmu, komitmen terhadap keadilan sosial, dan sikap jujur dalam menjalani tanggung jawab publik.
Filosofi Hidup Mohammad Hatta
Hatta memegang teguh nilai kejujuran, kesederhanaan, dan tanggung jawab. Ia percaya bahwa kemerdekaan harus dibarengi dengan keadilan dan kecerdasan moral. Prinsip hidupnya, “Aku rela di penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas,” menjadi simbol semangat belajar dan berpikir kritis.
Filosofinya menekankan pentingnya integritas, pengabdian, dan kemanusiaan dalam setiap aspek kehidupan berbangsa.
Referensi Resmi:
- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI
- Arsip Nasional Republik Indonesia
- Ensiklopedia Tokoh Indonesia - Perpusnas RI
Disclaimer: Artikel ini dihasilkan dengan bantuan kecerdasan buatan (AI) dan telah melalui proses penyuntingan oleh tim redaksi Bisnis.com untuk memastikan akurasi dan keterbacaan informasi.