Bisnis.com, JAKARTA — Rencana RI memborong pesawat tempur 36 unit F-15 serta peralatan utama sistem pertahanan (alutista) senilai US$14 miliar atau Rp218,6 triliun dikabarkan mengalami hambatan pembiayaan.
Hal tersebut diketahui usai pihak eksekutif dari pembuat pesawat AS tersebut terbang ke Jakarta pada pekan ini guna membahas kelanjutan transaksi pembelian jet tempur F-15 yang rencanannya bakal dirampungkan pada akhir 2022.
Dilansir dari Bloomberg, pihak Boeing mengaku prihatin dengan kemampuan negara yang disebut memiliki tingkat perekonomian terbesar se-Asia Tenggara tersebut. Disebutkan, Indonesia bersikeras membayarnya dengan cara dicicil.
Lebih lanjut, pertemuan tersebut dilaporkan berjalan tanpa hasil konklusif. Artinya, rencana penandatanganan kesepakatan pembelian yang mulanya diramalkan rampung pada akhir tahun terpaksa tertunda.
Akan tetapi pada sisi lain, penjualan jet tempur tersebut juga dinilai penting oleh AS lantaran akan memperkuat salah satu mitranya di kawasan Asean.
Sebelumnya, Departemen Luar Negeri AS telah menyetujui potensi penjualan jet pada bulan Februari kepada Indonesia, dengan nilai pesawat sekitar $9,5 miliar serta peralatan terkait senilai $4,4 miliar sebagai bagian dari kesepakatan.
Sementara itu pada akhir bulan lalu, Prabowo Subianto mengatakan bahwa negosiasi dengan Boeing sedang berlangsung. Menteri Pertahanan Indonesia tersebut juga mengisyaratkan tantangan seputar pembiayaan.
“Kita jelas minta [pada pihak terkait] agar bisa membelinya dengan cara dicicil; tidak bisa sekaligus,” kata Prabowo dalam jumpa pers dikutip dari Bloomberg pada Sabtu (5/11/2022).
Jika berhasil melakukan negosiasi, pembelian F-15 merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk melakukan modernisasi militer. Tetapi di tengah tekanan fiskal yang disebabkan oleh pandemi ditambah dengan inflasi yang melonjak serta dorongan untuk menyelesaikan proyek sejumlah infrastruktur, rasanya hal tersebut mesti tertunda dalam beberapa waktu.