Bisnis.com, JAKARTA - Dewan Pengawas (Dewas) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengaku tidak mempermasalahkan pertemuan antara Ketua KPK Firli Bahuri dan Gubernur Papua Lukas Enembe beberapa waktu lalu.
Diketahui, Firli bersama tim penyidik KPK dan tim dokter dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mendatangi rumah Lukas Enembe di Papua. Dalam pertemuan tersebut Firli sempat berjabat tangan dan mengobrol selama 15 menit dengan Lukas.
"Tidak. Sepanjang dilakukan dalam rangka pelaksanaan tugas," kata Anggota Dewas KPO Syamsuddin Haris kepada wartawan, Senin (7/11/2022).
Menurut Haris, Dewas tidak masalah apabila penyidik hingga pimpinan KPK berhubungan dengan pihak berperkara selama masih dalam ranah pelaksanaan tugas.
"Tidak ada masalah jika insan KPK, termasuk Pimpinan KPK, berhubungan dengan tersangka, terdakwa, terpidana, atau pihak lain yang ada hubungan dengan perkara tipikor yang sedang ditangani oleh KPK," kata Haris.
Sebelumnya, dalam salah satu foto pertemuan yang diterima, terlihat Firli akrab berjabat tangan dengan Lukas. Nuansa keakraban ini juga diakui oleh Firli.
Baca Juga
"Tadi saya sempat bicara dengan beliau kurang lebih 15 menit dan pertemuan terbuka tidak ada yang disembunyikan saya tanya umur bagaimana kesehatannya saya ajak ngobrol," kata Firli, Kamis (3/11/2022).
Firli juga mengaku bertemu dengan istri Lukas hingga kakak perempuan Lukas. Dia menyebut pertemuan tersebut penuh dengan suasana hangat dan kekeluargaan.
"Ketemu dengan kawan dan saudara beliau bahkan saya ketemu dengan kaka perempuan beliau.Sempat tadi rangkulan kita dengan hangat penuh kekeluargaan," kata Firli.
Dalam pernyataannya usai pertemuan dengan Lukas, Firli tak banyak bicara soal substansi perkara. Dia hanya bicara seputar pertemuan, kondisi kesehatan, dan penegasan bahwa perkara yang menjerat Lukas ini bukanlah kriminalisasi melainkan murni proses penegakan hukum.
Namun, eks Pegawai KPK yang juga Ketua IM57+ Praswad Nugraha justru mengkritik keputusan Firli menemui langsung Lukas Enembe di Papua.
Menurut dia, kedatangan Firli ke rumah Lukas Enembe dapat dinilai sebagai intervensi terhadap tugas penyidik. Dia mengatakan para penyidik KPK yang bertugas akan menjadi sungkan, bahkan mungkin malah menjadi segan dan takut, karena melihat pimpinan KPK bercengkrama dan beramah tamah dengan tersangka.
Praswad juga menyebut drama keakraban Firli dengan Lukas, menunjukkan perlakuan khusus dan istimewa oleh pejabat negara terhadap tersangka korupsi.
"Rasa keadilan ditengah masyarakat akan terciderai. Mengapa bisa calon tersangka diperlakukan seistimewa itu oleh KPK? Karena tidak semua rakyat bisa merasakan kehangatan sikap Firli yang sepertinya malah ditujukan untuk calon tersangka korupsi," kata Praswad dalam keterangannya.