Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid mengunjungi Vatikan, Roma pekan lalu, Sabtu (29/10/2022), dan bertemu dengan Pemimpin Gereja Katolik Roma Paus Fransiskus.
Kunjungan ini diadakan Menjelang Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (COP-27 UNFCCC) di Mesir dan KTT G20 di Bali 15-16 November mendatang. Dalam pertemuan dengan Paus Fransiskus, Arsjad didampingi oleh Presiden COP-24 dan Mantan Menteri Iklim & Lingkungan Polandia Michal Kurtyka.
Dalam pertemuan tersebut, ketiganya menyepakati untuk memperkenalkan dan mempromosikan tidak hanya sekedar 3P (People, Planet, Profit), tetapi 5P sebagai prinsip utama dalam melawan tantangan global saat ini, yakni Peace (Perdamaian), Prosperity (Kesejahteraan), People (Masyarakat), Planet (Bumi), dan Partnership (Kolaborasi inklusif).
Arsjad juga mengundang Paus Fransiskus untuk berkunjung ke Indonesia tahun depan dan menggalang kerja sama nyata dalam mewujudkan kelima prinsip utama tersebut untuk diimplementasikan dalam kultur Indonesia, didasarkan pada dialog antaragama dan budaya yang inklusif.
“Tindakan nyata melawan tantangan global yang berujung pada ancaman kehidupan telah memengaruhi semua orang tanpa memandang ras, agama, keyakinan, kelompok, maupun organisasi,” ungkap Arjad dalam siaran pers yang diterima Bisnis, Jumat (4/11/2022).
Dia melanjutkan, tindakan nyata tersebut justru datang dari nilai-nilai agama yang menggerakan setiap penganutnya untuk mendorong terciptanya ekonomi yang inklusif, menjaga perilaku ekonomi tetap terkendali, dan bersama-sama melawan tantangan global saat ini.
Baca Juga
Arsjad menjelaskan, perdamaian menjadi persyaratan mutlak untuk segala sesuatu yang berakar pada ajaran untuk berbuat baik dari semua agama dan keyakinan. Kesejahteraan berkontribusi pada perdamaian karena mengakhiri kesenjangan sosial dan meminimalisir konflik.
Sementara itu, masyarakat adalah subjek dari pengembangan ekonomi, tanpa ada yang ditinggalkan, dan memastikan bahwa bumi tetap dijaga, dirawat, dilestarikan untuk generasi selanjutnya. Perjuangan untuk mewujudkan semua hal itu bergantung pada kolaborasi inklusif, tanpa membeda-bedakan asal usul dan latar belakang.
Dalam kesempatan yang sama, Michal menegaskan segala standar tatanan dunia baru yang ditetapkan untuk menggerakkan pemulihan global harus mencakup prinsip 5P, yaitu penghormatan terhadap masyarakat, melindungi dan merawat bumi, kemitraan inklusif di seluruh dunia, dialog antaragama dan antarbudaya untuk perdamaian, dan penemuan ilmiah untuk kemakmuran yang berkelanjutan.
“Tatanan dunia sedang ditantang dan berantakan. Terserah para pemimpin paling terkemuka di dunia ini untuk memikirkan kembali apa tatanan dunia baru yang akan muncul dari pandemi atau dari gejolak geopolitik. Jangan sampai nilai-nilai itu hanya kamuflase belaka dari sebelumnya. Yang paling tepat saat ini adalah 5P,” pungkasnya.